Rabu, Desember 28, 2016

Magang

Salah satu penjual makanan yang selalu melakukan regenerasi adalah penjual bakmi, yaitu regenerasi pembuat bakminya.

Sang pembuat bakmi utama biasanya didampingi oleh asistennya, yang bertugas ngepeti/ngipasin anglo, membungkus hasil masakan, dan juga menambahkan arang ke anglo. Karena perjalanan waktu sering melihat dan sesekali membantu tugas pembuat bakmi utama, sang asisten pun bisa memiliki skill yang sama. Baik dari cara memberi bumbu, mengolah bakmi, maupun cara icip2 yang khas itu. Proses belajar sambil bekerja ini biasa disebut dengan istilah magang, nyantrik atau ngenek.



Biasanya, sang pembuat bakmi utama akan resign dari tempat tersebut, lalu pindah ke tempat lain atau membuka warung sendiri. Bisa juga menjadi pembuat bakmi di cabang warung tersebut, karena dianggap sudah mampu menjaga kualitas rasanya. Nah, dalam situasi seperti ini, sang asisten bisa naik pangkat menjadi pembuat utama bakmi. Tentunya setelah dianggap mampu mengolah rasa sekelas pembuat bakmi sebelumnya, demi alasan yang utama: kepuasan pelanggan.

Namun, ada juga yang resign justru asisten tersebut, setelah merasa mampu menyerap ilmu yang telah dipelajari selama di 'perguruan' warung bakmi. Dia juga kemudian bisa membuat warung sendiri, atau diserahi tanggung jawab untuk memasak di warung cabang lainnya. Begitu seterusnya. 

Sebuah warung bakmi tetap menjadi idola, ketika sudah berganti yang membuatnya, tetapi rasa tetap bisa terjaga.

Rabu, November 23, 2016

Pengamen

Sepertinya, warung makan dan pengamen itu seperti sendok dan garpu, pasangan yang saling melengkapi. Apabila salah satu tidak ada, sepertinya ada yang kurang. Dan, seperti hukum alam, warung makan yang laris pengamennya juga silih berganti datang. Bahkan, ada yang dijadikan pengamen tetap di warungnya.

Ada enak dan tidaknya ketika warung makan didatangi pengamen. Enaknya ada hiburan dan bisa menemani saat menunggu pesanan jadi. Tidak enaknya kalau kita sedang makan dengan tangan, misal di warung pecel lele, tangan berlepotan nasi dan sambal, tetapi ada keinginan memberi uang. Biasanya sih terpaksa menolak dengan halus dan melanjutkan makannya.... hehehehe....

Seperti warung nasi goreng Jangkung di Beji Depok Jawa Barat ini, tiap hari selalu dipenuhi oleh pembeli, dan pengamen pun silih berganti menghibur pembelinya. Nah, suatu ketika ketika sedang menyendok nasi yang kedua, masuk seorang pengamen untuk minta izin menghibur. Secara refleks aku menganggukkan kepala tanda setuju. Genjrengan intro gitar langsung membuat meremang, wah lagu favorit, nih. Ya, pengamen yang namanya Adi ini menyanyikan lagunya Coldplay, Yellow.



Asyik. Nasi gorengnya enak, pengamennya juga keren. Akhirnya ikutlah berdendang, sambil tetap berdendang, lanjut mengeluarkan hp, merekam. Totalitas menyanyinya bikin salut, sampai keringat bercucuran. Salutnya lagi, Adi menyelesaikan penuh satu lagunya, tidak dipotong untuk menerima uang. Jadi, makin nyaman nongkrongnya. Ringanlah tangan merogoh kocek kalau pengamennya asyik seperti itu.

Setelah satu lagu Adi pamit kepada para pengunjung warung. Sip. Semoga rezekinya lancar, dan bisa berjumpa kembali, dengan lagu hits lainnya. ;)

Senin, November 21, 2016

Lubang Biopori

Tahun 2016 ini sepertinya memang tahun hujan, ya. Hujan bagai tak berhenti, seperti enggan bergantian dengan musim kemarau. Enam bulan hujan, enam bulan kemarau. Sampai bulan November ini hujan masih rutin. Akibatnya, di beberapa daerah mengalami surplus air, meluap sampai ke jalanan kota. Jakarta, Depok, Bandung, Karawang, Jogja, dan juga Bekasi mengalami banjir akibat musim hujan yang berkepanjangan ini. Ada yang langsung surut kembali, ada yang berhari-hari tetap menggenang.

Ternyata, sungai yang sudah bersih, rajin dikeruk, bebas dari sampah, belum efektif 100% untuk mencegah banjir. Karena bagaimana pun kapasitas sungai terbatas untuk menampung semua aliran air yang menuju sungai dan selokan, bahkan yang masuk ke waduk pun tidak mampu menampungnya. Akhirnya, pintu waduk pun harus dibuka dan membuat beban sungai menjadi makin besar. Seperti yang terjadi di waduk Saguling, yang mengalirkan airnya ke sungai Citarum.

Lalu, apa usaha yang efektif untuk 'membantu' sungai? Agar air tidak langsung atau semuanya ke sungai, kita harus 'menahan' air selama dan sebaik mungkin di dalam tanah. Kita arahkan agar air hujan yang selama ini langsung menuju selokan dan bermuara di sungai, berada di dalam tanah terlebih dahulu.

Salah satunya dengan membuat lubang biopori. Ya, lubang serapan air yang kita buat untuk mengarahkan air masuk ke tanah, daripada mengalir ke arah selokan atau sungai begitu saja. Karena, selain membantu mengurangi beban sungai, manfaat air yang masuk ke tanah bisa sebagai cadangan air bersih sumur kita, menjaga kualitas tanah, dan juga sumber air bagi tanaman yang berada di atasnya.




Bagaimana cara membuat lubang biopori? Caranya mudah, cukup menggunakan alat bor seperti foto di bawah ini. Lalu, cari lokasi di sekitar rumah atau halaman yang selama ini menjadi jalur air atau tempat air menggenang. Pada foto konblok di atas, sebelumnya sering menjadi genangan air, lalu kita jadikan lubang biopori, dan genangan pun hilang karena air langsung masuk ke tanah. Sekitar 1,5 meter dari lubang biopori tersebut, terdapat sumur pompa, sehingga lubang bioporinya bisa dimaksimalkan untuk 'menyimpan' air hujan sebagai cadangan air tanah.



Sekarang tahapan cara membuat lubang resapan biopori:
1. Kita basahi terlebih dahulu tanah yang akan kita buat biopori, agar lebih lunak. Kita putar bornya perlahan sambil ditekan ke bawah.
2. Setelah kita mencapai kedalaman sekitar 20 cm, kita tarik ke atas tanah beserta bornya tetap dengan cara diputar, begitu seterusnya.
3. Setelah kita membuat lubang dengan diameter 10 cm dan dalam 1 meter, kita pasang pipa pralon ukuran 4 inci sebagai casing kubang biopori bagian atas, agar tanah tidak runtuh dan menutupi lubang yang sudah kita buat. Potong pipa pralon sepanjang 10 atau 15 cm.
4. Agar lebih kuat, di sekeliling pipa pralon dengan lebar sekitar 2 cm kita semen.
5. Kemudian kita tutup dengan penutup biopori, yang bisa kita peroleh dengan membeli atau dengan melubangi penutup pipa pralon ukuran 4 inci.



Agar lubang biopori awet, isi lubang dengan sampah organik seperti daun, rumput, kulit buah-buahan, dan sampah yang berasal dari tanaman lainnya. Isi ulang sampah organiknya tiap 3 bulan sekali atau tiap akhir musim kemarau. Sampah organik di dalam lubang biopori ini nantinya bisa dipakai untuk pupuk kompos.

Nah, sekarang ketika hujan lebat mengguyur, air tidak langsung terbuang ke selokan atau sungai, tetapi bisa kita 'simpan' dahulu di dalam tanah. Dengan usaha kecil ini, paling tidak kita bisa mengurangi sedikit beban sungai, apabila ada 1000 saja lubang biopori dalam satu kecamatan, maka beban sungai pun semakin ringan. Banjir atau genangan di tengah kota bisa kita dihindari, atau minimal mempercepat air surut.

:)


Info: Untuk pembelian alat bor dan tutup biopori, bisa langsung ke: http://www.biopori.com/sekretariat.php

Kamis, November 17, 2016

Editor Buku

Apa sih yang dibayangkan orang ketika pertama kali mendengar istilah atau profesi editor buku? Orang yang pekerjaannya mengutak-atik tulisan? Orang yang pekerjaannya tekan-tekan tombol keyboard delete, copy, paste, backspace? Atau, orang yang pekerjaannya hanya menerima naskah, menyeleksi, lalu menerima atau menolak naskah? 

Ternyata, menjadi editor buku itu tidak seperti gambaran di atas, tetapi lebih. Karena menjadi editor buku tidak hanya dituntut bisa mengutak-atik atau mengedit tulisan, menyeleksi naskah, tetapi juga dituntut punya taste tentang desain dan packaging produk, bisa menjadi seorang negosiator, paham promosi dan pemasaran, tahu tentang distribusi toko, mengenal perhitungan produksi buku, akrab dengan kondisi toko buku, menjadi seorang humas atau PR bagi penulis sekaligus penerbit, teman diskusi penulis, kalau sedang talkshow harus siap jadi MC dadakan, bahkan kadang-kadang menjadi teman curhatnya.... hehehehe.... 

Apakah ketika buku sudah dicetak pekerjaan editor selesai? Tidak, justru pekerjaan berikutnya baru mulai. Karena ketika buku sudah mulai beredar, di situlah perjuangan yang sesungguhnya. Bagaimana caranya agar buku bisa sampai ke tangan pembaca dengan baik, dan kalau bisa selalu cetak ulang. Sebagai gambaran, rak buku itu jumlahnya terbatas, tetapi jumlah buku yang masuk ke toko buku tiap bulannya selalu bertambah. Konsekuensinya, apabila ada buku yang tidak baik penjualannya, retur adalah jawabannya. Sebuah kenyataan pahit yang harus bisa diterima.

Mungkin seperti orangtua kepada anaknya, atau guru kepada muridnya. Seorang orangtua atau guru merasa bahagia apabila anak atau muridnya berhasil meraih prestasi, bahkan bisa melebihi mereka. Sebuah kebahagiaan yang tak ternilai. Demikian juga dengan editor buku, akan merasa bahagia ketika melihat halaman KDT buku seperti ini:


Ketika sebuah buku mengalami cetak ulang, hal pertama yang dilakukan tentu saya ucapan syukur. Ujian tahap pertama bisa dilewati. Apalagi ujian tersebut bisa sampai tahap keempatbelas. Tidak hanya penulis dan editor buku atau penerbit, tetapi juga kabar bahagia untuk tim pemasaran, promosi, toko buku, dan juga percetakan. Karena dengan adanya cetak ulang, mereka juga ikut menikmati hasilnya. Semangat kerja juga semakin meningkat. Banyak yang ikut bahagia. Di situlah salah satu kebahagiaan seorang editor buku.

Setelah itu, apakah editor buku bisa berleha-leha? Jelas tidak. Tuntutan untuk tetap kreatif menghasilkan sebuah buku yang bisa diterima pembaca tetap ada. Bahkan, kalau bisa melebih pencapaian yang sudah ada. Editor buku harus selalu mau belajar dan jeli mengamati situasi. Karena dari hal tersebut bisa didapatkan sebuah ide yang menarik. Tidak ada rumus bakunya, itulah tantangan seorang editor buku sesungguhnya. :)))

Jumat, November 11, 2016

Video Offline YouTube

Salah satu fitur YouTube yang sangat menarik adalah video offline. Ya, kita bisa melihat video di YouTube tanpa memerlukan kuota internet atau pun pulsa. Asyik, kan? Jadi, kalau kita sedang menunggu antrian, naik KRL, atau sedang terjebak kemacetan, kita bisa isi waktu dengan melihat kembali video menarik dalam format YouTube yang sedang offline. Bisa jadi obat antibete ;p

Fitur atau fasilitas video offline ini hanya tersedia ketika kita membuka YouTube di gadget atau handphone/HP saja, sedangkan di PC/laptop belum ada. Konon kabarnya, fasilitas video offline ini hanya tersedia di Indonesia dan India, lho. ;)

Ada yang belum tahu caranya? Tenang saja, berikut cara memanfaatkan fitur tersebut:

1. Kita lihat video pada salah satu akun YouTube (misal: https://www.youtube.com/watch?v=wJlBrdb1ksw). 

Perhatikan panah warna merah yang menunjuk tombol bulat abu-abu. Apabila video yang kita lihat bisa dilihat saat offline, maka bentuknya seperti itu. Kita klik saja tombol abu-abu tersebut, lalu akan terlihat proses penyimpanan videonya, ditunjukkan dengan putaran di pinggir tombol abu-abu.


Ketika videonya tidak bisa dilihat saat offline/diproteksi, maka tampilannya seperti gambar di bawah ini, pada panah merah terlihat tombol abu-abunya dicoret.


2. Pilih menu Account. Pada saat proses penyimpanan video offline sudah selesai, akan tercatat dalam fitur Available offline/Offline Videos. Disimbolkan dengan bulatan biru dengan tanda centang.

Lalu, ketika kita ingin mematikan sinyal internet/offline, bisa klik Setting YouTube (titik tiga) pada panah kuning.



3. Saat kita akan download video offline, posisi Offline mode: off/ada sinyal internet.

Kita bisa aktifkan juga pilihan Save over Wi-Fi only, artinya kita baru bisa download video offline ketika terhubung dengan Wi-Fi.


4. Ketika ingin melihat video offline-nya, posisi Offline mode: on

Oiya, kapasitas untuk menyimpan video offline terbatas, lho. Saat ini YouTube hanya menyediakan kapasitas/storage 1,2 GB. Lumayanlah :)


5. Setelah YouTube kita sudah offline, klik klik salah satu videonya, atau tombol Play bulat merah untuk melihat semua videonya.


Mudah, kan? Sekarang kita sudah bisa melihat video favorit secara berulang-ulang tanpa khawatir kuota internet kita akan habis. Selamat mencoba. ^^