Jumat, April 29, 2005

Cipularang

Penugasan
Salah satu aktivitas yang bisa menjadi penyegaran dalam diri kita, di sela-sela rutinitas kerja seminggu, adalah melakukan perjalanan ke luar kota. Setuju?

Weekend kemarin, akhirnya terkabul juga salah satu keinginanku: bisa pergi ke Bandung (lagi)! Lebih tepatnya seh ada tugas kantor, perjalanan dinas! Bareng ama Mas Yayan. Ceritanya kita mau jadi pengisi acara di kampus Universitas Maranatha Bandung. Kita mau kasih materi tentang “Workshop Komik Foto Digital”.

Rencana berangkat dari Jakarta hari Rabu, acaranya di Bandung hari Kamis, Jumat pagi sudah balik ke Jakarta. Asyik juga bisa pergi pas hari kerja…hehehe

Rabu: 20 April 2005
Berangkat dari kantor sekitar jam 11.00 , teng! Cukup bawa satu backpack, jaket ples topi. Mas Yayan? Sama aja, cukup bawa satu backpack. Cuma isinya backpack Mas Yayan lebih bergizi, ada laptopnya! Hehehe….

Kita menuju Gambir pake Taksi Blue Bird. Memang oke tuh taksi, selalu bisa bikin kita tidur nyenyak selama perjalanan. Tidak perlu merasa was-was. Paling-paling, kita cuma dibangunin aja…”Mas…Mas…sudah sampai, Mas”….;p

Ada yang aneh selama perjalanan menuju Gambir. Jalanan ibukota terasa lebih sepi, terlihat longgar. Jadi aneh aja, nggak seperti biasanya.

Usut punya usut, ternyata memang berkaitan ama pengaturan lalu lintas buat hajatannya negara, Konferensi Asia-Afrika. Acaranya memang di Bandung, tapi tempat nginep tamu ama sidang-sidang diadainnya di Jakarta.

Keroncong Ps Gambir & Stambul Anak Jampang
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, sampailah kita di Stasiun Gambir. Mmmm…masih satu setengah jam lagi. Jadwal kereta ke Bandung jam 13.35 WIB. Seperti biasa, sambil menunggu kereta tiba, waktu kita habiskan sambil ngopi, lunch, ngobrol, dan merokok.

Gambir hampir tidak ada yang berubah selama 4 tahun ini. Hanya ada sedikit perubahan, misalnya, letak dari Mushola yg lebih manusiawi di sisi utara Stasiun Gambir. Taksi-taksi yang tidak se-semrawut dulu lagi. Parkir yang lebih tertata dan terlokalisir. Lumayan lah untuk sekedar dilihat.

Ketika duduk menunggu kereta dari Bandung tiba, ada suasana yg begitu dekat terbentuk kembali. Lantai stasiun yang bergetar ketika ada kereta yang melintas, bunyi klakson kereta (apa sih istilahnya buat klakson kereta?), suara petugas bagian informasi dengan nada dan warna suara yang tidak berubah selama bertahun-tahun itu, orang-orang yang bersliweran menuju kereta yang dituju, bapak-bapak porter berseragam yang harus berlari-lari kecil untuk sesegera mungkin menyelesaikan tugasnya, dan tidak lupa mas-mas calo yang masih saja berkeliaran mencari calon penumpang. Ah, sudah berapa lama yah tidak mengalami hal-hal seperti itu? Hmmm…semua melintas ditemani oleh kepulan asap rokok mild dan seduhan kopi hangat. Slrrrruuuppp…..Ahhhhh…..

Tepat pukul 13.25, kereta api eksekutif Argo Gede dari Bandung tiba di stasiun Gambir. Lumayan neh, biasanya cuma naek Parahiyangan kalo ke Bandung, bisnis lagi…hehehe

Sambil menunggu penumpang yang turun dari kereta habis, aku dan Mas Yayan duduk-duduk di bagian peron atas, tepat membelakangi taman Monas. Wah, kok jadi agak tegang yah? Ga tau kenapa. Mungkin terlalu exciting aja kali yah mo pergi ke Bandung. ;D

Setelah agak sepi, kita mulai masuk ke gerbong. Kita dapat di gerbong 1, lumayan, deket ama restorasi..;p….Tapi, lha kok? Kursinya masih belum dibalik. Jadi masih menghadap ke arah Jakarta, belom ke arah Bandung. Ya udah, mulai deh acara memutar-mutar kursi. Untung dulu pernah liat pak kondektur muterin kursi kereta eksekutif, jadi, kepake deh di sini. N then, itu juga berlaku ketika ada mojang cakep, parasnya agak2 kayak Audy gituh, mo duduk, tapi ga bisa muterin tuh kursi. Ya udah, dengan kesigapan layaknya marinir, aku bantu puterin aja. Trus, senyum pun terukir di bibirnya yang….ehm!…hehehehe…dikasih senyum aja udah seneng. Dasar yooo

Menuju Bandung
Tepat pukul 13.45 (telat 10 menit, lumayan lah buat sarana transportasi di Indonesia), sang Argo Gede pun berangkat meninggalkan Gambir menuju kota Bandung. Sambil memeluk bantal kecil, fantasiku pun melayang-layang memikirkan apa saja yang akan kulakukan nanti di Bandung. Dua hari lalu aku sudah mengirim sms. Ingin aku membuat janji bertemu dengan teman lamaku di Bandung. Bukan sekedar teman, sobat tepatnya. Dan itu belum dijawab, berarti pertemuan itu masih bisa gagal terwujud.

Setelah sekitar satu jam lebih aku habiskan waktu dengan mengobrol ngalor-ngidul ma Mas Yayan, ingin rasanya kupejam mataku. Sekedar untuk menghimpun energi agar nanti tiba di Bandung badanku bisa lebih segar. Tapi, pemandangan yang terhampar di luar, membuat mata ini susah untuk terpejam. Sialan.

Bukit-bukit hijau yang terhampar, hamparan sawah yang juga menghijau, sungai-sungai dengan tebingnya yang terjal, tepat dibawah jembatan yang dilalui kereta ini. Kulempar pandangan ke kanan dan ke kiri, sama saja. Mungkin benar apa yang pernah dikatakan oleh orang Belanda pada jaman dahulu, bahwa Tuhan menciptakan bumi Parahiyangan sambil tersenyum. Sehingga indah hasilnya. Mmmmm….

Entah mengapa, tayangan di TV kereta (istilah mereka “Show on Rail”) tidak begitu kuperhatikan, dan tidak kuharapkan tepatnya. Lha piye, tiap melihat adegan di tv yang lagi seru-serunya, tiba-tiba saja setiap ada getaran sedikit, layar tv pun berubah menjadi biru. Total. Rata. Weleh-weleh…Jadi kagol, Mas…

Untungnya, aku duduk bersebelahan, diseberangnya tepatnya, dengan seorang wanita. Orangnya tinggi banget (untuk ukuran cewek). Melihat aura mistisnya sih dia seorang WNA. Seseorang yang berbau mandarin tepatnya. Selama perjalanan menuju Bandung, sudah lebih dari 10 kali dia menerima telpon via hp-nya.

Uniknya, dengan lawan bicaranya, dia berbicara dengan berbagai bahasa. Mulai dari bahasa mandarin, bahasa Inggris, sampai bahasa Indonesia yang desah-desah patah. Menarik aja. Kuping ini serasa kemasukan ulat daun. Geli mendengarnya. Tapi, lumayan untuk mengusir rasa bosan dan pegal-pegal yang mulai menyerang. Beda dengan teman di sampingnya. Yang langsung terlelap begitu kereta meninggalkan stasiun Jatinegara. Kok bisa yah?

Tiba di Bandung
Setelah diselingi dengan berbalas sms dengan sobat lamaku, tidak terasa kereta sudah mendekati stasiun Bandung. Mendung menggelayut memayungi kota Bandung. Adem.

Wah, mentang-mentang mau KAA, stasiun terlihat lebih cantik. Secantik mojang yang sedang memadu kasih di peron stasiun kereta sore itu. Sempeeeeeet aja. ;D . Banyak hiasan dengan bermacam pernik. Mulai dari untaian bunga, tulisan Welcome to Bandung, tanaman hias, sampai dengan kibaran bendera dari negara peserta KAA. Layaknya mau diadain karnaval.

Tapi, satu yang belum berubah ketika melongok ke halaman luar atau parkir stasiun, semrawut! Karena lokasi untuk menurunkan penumpang yang datang dan keluar stasiun masih jadi satu. Satu pintu. Tahu begini kok ya didiemin terus yah bertahun-tahun? Heran. Benci aku!

Untunglah, cuaca yang adem dan bersliwerannya mahluk-mahluk Tuhan yang manis dan geulis, ikut mendinginkan hati dan membuat pikiran lebih ngeres…eh, ora ding, lebih fresh. ;p

Setelah sempat disebut-sebut nama kita oleh petugas informasi stasiun yang tidak kita sadari-ini kita ketahui setelah kita bertemu dengan bapak penjemput dari pihak hotel. ;D-kita bersiap menuju mobil jemputan untuk meluncur menuju Hotel Topas.

Hotelnya
Hotel yang berada di daerah Terusan Pasteur itu dari luar terlihat biasa saja, bahkan seperti sebuah guest house. Tapi begitu kaki menginjakkan lobi sampai ke kamar hotel, suasananya ya biasa-biasa saja….hehehe….gak ding, suasana eksotik yang tergambar. Sepintas kaya bangunan Bali gitu lah.

Ahh…kamar hotel dengan segala fasilitasnya. Mengingatkan kembali ketika diri ini masih berkecimpung di dunia event organizer. Berkegiatan dari hotel satu ke hotel lainnya. Dari satu kota ke kota lainnya.

Yo wis, setelah menyegarkan badan dengan air hangat, kita akhirnya putuskan untuk makan malam di hotel saja. Karena malam itu rencananya teman-temannya SMA Mas Yayan mau main ke hotel. Reuni kecil-kecilan katanya. Dulu Mas Yayan bersekolah di SMA 10 Bandung. Wah, jadi membayangkan, mungkin ini bisa menjadi sedikit gambaran tentang diriku juga, yang mungkin 20 tahun lagi akan bertemu dengan teman SMA-ku lagi…hihihi….

Sambil menunggu, kita putuskan untuk memesan makan malam. Dengan udara dinginnya Bandung, akhirnya aku putuskan untuk memesan tongseng kambing, biar badan hangat. Wah, ternyata rasa tonsengnya kurang njawani, kurang sreg aja. Tapi karena lapar, ya sikat aja, bleh! ;p

Setelah satu jam berlalu, akhirnya teman SMA-nya Mas Yayan berdatangan. Ada dua orang, yang satu bernama Bang Alvis, dan yang satunya Kang Entang (sunda banged yoh?).

Ya udah, jadilah reuni menjadi ajang kangen-kangenan yang heboh. Banyak cerita masa SMA yang kembali terbuka kisahnya. Banyak kejadian lucu di sana, itu karena mereka terus-terusan tertawa. Karena aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Maklum, di sana aku minoritas, aku tidak paham dengan bahasa Sunda yang digunakan. Bawaannya kalo ada yang tersenyum, ikut saja tersenyum. Biar terlihat akrab dan berempati. ;p

Tak berapa lama, datanglah seorang lagi teman SMA Mas Yayan yang lain, yaitu Kang Asep (iki juga sunda banged), yang datang dengan kumis tebalnyah. Karena Kang Asep bekerja di Dinas Pariwisata Bandung, yang ikut sibuk juga dengan kegiatan KAA, tidak heran kalau dia datang masih mengenakan celana coklat PNS-nya. Khas.

Semalam (jalan-jalan) di bumi Parahiyangan
Setelah ngobrol ngalor-ngidul, akhirnya kita putuskan untuk mencari tempat makan sekaligus tempat nongkrong di luar hotel. Sekalian cuci mata melihat suasana kota Bandung di malam hari.

Setelah keluar beberapa alternatif, akhirnya tujuan kita arahkan ke Rumah Makan Ampera di Kebon Kelapa. Suasana cukup sepi di sana. Maklum, sudah jam 23.30.

Banyak jenis lauk pauk yang ditawarkan. Semua khas masakan sunda. Apalagi dengan sambel trasinya. Wah, mak lher!

Obrolan di sini cukup seru juga. Karena teman-teman Mas Yayan cukup lama tinggal di kota Bandung, maka obrolan pun beralih tentang kondisi kota Bandung dengan segala permasalahannya.

Setelah cukup kenyang, akhirnya kita putuskan untuk pulang. Tapi berhubung masih dalam suasana reuni dan kangen-kangenan, maka kita sedikit berputar-putar dahulu sebelum menuju hotel. Semacam napak tilas lah bagi bapak-bapak itu. ;-)

Salah satu kawasan yang membuatku tercengang adalah kawasan Braga. Selain dengan gedung-gedung tuanya, ternyata di Braga saat ini penuh dengan diskotek, pub atau pun sekedar kafe. Semua terlihat gegap gempita diiringi dengan musik yang menghentak-hentak. Suasana yang dahulu ketika ke Bandung belum kutemui. Atau belum tahu aja yah???? ;p

Setelah tiba kembali di hotel, Mas Yayan kembali janjian mau ketemuan lagi dengan sohib-sohibnya itu kesesokan harinya. Maklum, besok itu malam libur, jadi kesempatan untuk bertemu masih ada.

Trus, aku? Ternyata gagal untuk reunian dengan teman SMA-ku. Dia akan mudik besok sore. Tidak apa-apa. Karena aku besok juga sudah membuat janji dengan temanku yang lainya. ;D

Bersambung…

Lho? Lho?Kok udah selesai?...Trus, itu maksudnya pakai judul Cipularang itu apa dong? Kok ga dibahas di sini???
Lha? Emang harus dibahas? Khan, terserah aku dong mau mbahas ato nggaknya…Kok sampeyan yang repot….
Lho, bukan begitu maksudnya. Khan harus dihargai dong keingintahuan pembaca. Biar tidak bingung geto loh, Mas...
Ya wis, soal Cipularang itu nanti aku bahas wes, beres, tenang wae….tapi nanti yah?
Nah, kalo gitu khan enak, Mas. Tidak menimbulkan pertanyaan di benak pembaca.

Rabu, April 13, 2005

Serpihan hati <-> Best seller

Dinda hanya bisa berdiri terpaku, sambil melemparkan pandangan menembus jendela di depannya, menyadari kenyataan pahit itu, perpisahan. Joko, yang masih dianggap kekasihnya, tanpa sedikit pun memberikan kesempatan untuk mencoba menjelaskan apa yang terjadi. Kini Joko telah menjadi masa lalunya, pergi begitu saja dengan Anya. Kekasih barunya, bukan kekasih gelapnya lagi. Hiks…

Di tempat lain.

Ketika berjalan keluar dari bilik mesin ATM, Andri tiba-tiba dihadapkan pada sebuah pemandangan yang membuat sekujur tubuhnya bergetar pilu. Aryanty, yang selama ini begitu disayangi dan dicintainya, tengah bergandengan mesra dengan seorang laki-laki yang tidak dikenal. Tepat melintas di hadapannya. Ingin dia berteriak. Namun, luruh oleh redamnya hati. Bingung. Yah, bingunglah yang kini hinggap di hatinya. Baru saja angannya berbunga ketika malam ingin dilalui bersama Aryanty. Namun, kini bumi pun tak terasa terpijak lagi. Hiks…

Apakah Anda pernah mengalami suasana hati seperti Dinda ataupun Andri? Pernahkah mengalami apa yang dinamakan patah hati? Broken heart? Dedhel dhuel? Pasti pernah laaaaa….hehehe….Tidak apa-apa, itu manusiawi. Atau belum pernah sama sekali? Ah, masaaaaa…. (^.^)v

Di sebuah kamar kos di pinggiran kota Jogja, Angga memainkan gitar ditemani oleh Eky, Susilo, dan Ricko, sedang asyik menyanyikan sebuah lagu dari Koes Ploes, yang dinyanyikan kembali dengan sangat apik dan penuh penjiwaan oleh mbak Ruth Sahanaya, Andaikan Kau Datang

Reff:
Andaikan kau datang kembali…
Jawaban apa yang kan ku beri…
Adakah jalan yang kau temui
Untuk kita kembali lagi…

Mereka bernyanyi sambil sesekali tersenyum-senyum penuh arti. Arti kesedihan hati tentu saja. Mereka seperti bersama-sama merasakan apa yang sedang disuarakan oleh seorang Ruth Sahanaya. Penuh penjiwaan.
Begitu dekat dan akrab. Yap, karena perasaan atau kejadian seperti dalam lagu itu lah yang menjadi sebab. Sebab, diantara mereka ada yang sedang patah hati, atau bahkan membayangkan kejadian yang menyayat hati itu. Dramatis.

Di suatu tempat, dari sebuah radio transistor di sebuah kamar kontrakan, terdengar suara seorang penyiar, sedang membacakan sebuah permintaan lagu dari seorang pendengar setianya. Lagu dari Sheila On 7 yang berjudul Berhenti Berharap. Lagu itu dipersembahkan untuk mantan kekasihnya, yang telah memutuskan untuk berpisah karena perbedaan. Perbedaan prinsip.

Dari judulnya saja lagu itu sudah cukup menggambarkan isi lagu. Selain sebagai lagu soundtrack sebuah film layar lebar bertema cinta, lagu itu memang sangat pas untuk jiwa yang sedang dirundung gegar asa. Pahit.


Lagu, sebagai sebuah pengungkapan ekspresi sekaligus karya seni seseorang, dalam hal ini para musisi, telah menjadi sebuah media pengungkapan isi hati atau apresiasi seseorang yang lain, dalam hal ini para pendengar.

Sebuah lagu akan terasa hidup ketika menjadi sesuatu yang menghibur, menyindir, mengaduk-aduk perasaan, atau bahkan seperti menampar pendengarnya.

Demikian juga bagi pendengar, dengan adanya lagu, hidup mereka menjadi lebih berwarna. Timbul beragam warna perasaan. Ada yang berwarna hitam, putih, abu-abu, atau bahkan biru yang penuh cinta.

Dalam ilmu komunikasi di kenal adanya istilah field of experience dan frame of reference. Apa itu? Field of experience, yaitu suatu bidang pengalaman yang pernah kita lalui. Sedangkan frame of reference adalah suatu kerangka referensi atau pegangan yang kita miliki.

Hubungannya dengan lagu? Berikut penjelasannya. Musisi, di sini berperan sebagai Sumber/Source. Lagu sebagai Pesan/Message, dan pendengar berperan sebagai Penerima Pesan/Receiver. Sebuah pesan akan mempunyai makna bagi seorang receiver ketika field of experience dan frame of reference-nya sama dengan source. Ok?

Kembali pada beberapa ilustrasi penuh kesedihan di atas tadi, kita akan melihat kecenderungan sebuah lagu mengharu biru yang selalu bisa begitu dekat dengan pendengar, populer, bahkan bisa menjadi sebuah karya abadi sepanjang masa.

Kita tahu bahwa ada beberapa grup musik di Indonesia yang menciptakan lagu-lagu dengan lirik nggegirisi di albumnya, dan penjualannya meledak di pasaran,

Kita ambil beberapa contoh. Misalnya grup musik Sheila On 7 dengan Berhenti Berharap, Dan, dan juga Sephia-nya. Dewa dengan Pupus, Lagu Cinta, serta Kosong. Peterpan dengan lirik pada lagu Mungkin Nanti, Ada Apa Denganmu, juga Ku Katakan Dengan Indah. Jikustik dengan Maaf-nya. Dan masih banyak yang lainnya.

Lagu-lagu itu bisa dikatakan menjadi motor yang ikut mendongkrak penjualan album mereka. Karena, dua hal yang mendekatkan pada khalayaknya, field of experience dan frame of reference yang sama. Tidak heran apabila angka penjualan sebuah album bisa melewati angka satu juta kopi. Hebat.

Hal tersebut berlaku juga pada musisi solo. Kita lihat album dari Iwan Fals, Glenn Fredly. Rio Febrian, Audy, Titi DJ, atau bahkan Reza Artamevia. Belum lagi yang berjenis lagu dangdut, waaahhh…..Jatuh bangun aku mengejarmu, namun hatimu tak mau mengerti…..Hiks.

Bahkan sebuah karya seni yang kita kenal sebagai film, baik yang ditayangkan di bioskop maupun di televisi, juga tidak ketinggalan memanfaatkan lagu sebagai penambah rasa.

Bila film berkisah tentang kisah yang mengharu biru, lebih terasa merasuk di kalbu ketika diiringi dengan lagu tema yang mengharu biru juga. Tidak lucu lah, misal, film tentang legenda bawang merah-bawang putih, menggunakan theme song dari lagunya grup musik rock Jamrud yang berjudul Putri. Tidak match. Ora nyambung.

Anda mungkin saat ini tiba-tiba melamun sambil mengingat lagu nggrantes dan peristiwa yang mengiringinya. Tidak masalah. Hidup itu memang tidak terasa indah jika hanya manis saja, perlu rasa pahit juga untuk mewarnainya. Walau tetap satu yang terasa tidak nyaman, ya pahit itu! Hehehe…

Oke. Sebagai penutup, marilah sama-sama kita menyanyikan sebuah lagu, yang saat ini sedang hit di kantorku, Andaikan Kau Datang (by Ruth Sahanaya, taken from Salute to Koes Ploes/Bersaudara Album):

terlalu indah di lupakan
terlalu sedih di kenangkan
setelah aku jauh berjalan
dan kau ku tinggalkan
*
betapa hatiku bersedih
mengenang kasih dan sayangmu
setulus pesanmu
kepadaku
engkau kan menunggu

andaikan kau datang kembali...
jawaban apa yang kan kuberi...
adakah jalan yang kau temui
untuk kita kembali lagi
**
bersinarlah bulan purnama
seindah serta tulus cintanya
bersinarlah terus sampai nanti
lagu ini ku akhiri


- l'amour nous maintiendra vivants –

Ciputat, 13 April 2005

Di sekitar kita

Wah, udah sebulan lebih neh puasa nggak ngisi blog…hehehe…maap yah, buat yang udah pada kangen…. (^.^)v.
Oke, untuk memulai, aku mulai dari hal-hal yang santai-santai aja dulu. Aku mau mulai dengan membahas soal flash disk/flash drive. Apa itu flash disk? Ini salah satu piranti yang mulai populer, atau kalau boleh dikatakan sedang booming.
Flash disk itu suatu alat yang berfungsi untuk menyimpan atau dapat juga memindahkan file digital dari komputer kita ke piranti yang lain, dan sebaliknya. Misal, dari komputer ke laptop, dari komputer ke digital camera, dari digital camera ke laptop, demikian sebaliknya.
Untuk koneksi diantara piranti tadi, biasanya dihubungkan dengan colokan yang namanya USB (Universal Serial Bus). Bentuknya dan ukurannya kayak permen karet. Gak percaya? Atau belom pernah liat? Liat aja foto dibawah ini.

Image hosted by Photobucket.com

Saat ini, boleh dikatakan flash disk merupakan piranti yang sudah mulai menggantikan peran dari mas floppy disk (atau biasa disebut disket).
Baik dari segi kemudahan dibawa, simple, maupun kapasitas yang tersedia. Dari yang berkapasitas 64 MB sampai ada yang 1 GB. Tapi kalo dari segi harga, jelas flash disk jauh lebih mahal daripada disket. Sebagai gambaran, untuk flash disk 128 MB dihargai sekitar 218 ribu rupiah. Kalau disket, untuk yang kualitasnya bagus, dengan kapasitas 1,4 MB, harganya cuma 7500 perak.
Untuk yang mempunyai aktivitas yang lumayan padat dalam hal memindah-mindahkan data dari satu piranti ke piranti lain yang ber-USB, tentu saja peran flash disk sangatlah vital. Namun, seperti halnya alat-alat yang lain, flash disk juga sangatlah butuh belaian kasih sayang…eh, salah….maksudnya butuh perawatan. Tentu saja biar awet dan panjang umurnya.
Apa saja sih yang bisa kita lakukan demi kebaikan mas flash disk? Biar nanti ga cuma jadi gantungan kunci, mas detik.com memberi tips untuk flash disk kita tersayang, yaitu harus:

1. Jauhkan dari medan magnet kuat
Barang-barang elektronik seperti tv dan handphone sangat tidak baik untuk flash disk. Untuk itu jangan pernah menyimpannya di dekat barang-barang sejenis yang memiliki kekuatan magnet besar. Terkadang kita sering lupa jika meletakkan flash disk dan handphone di tempat sama dalam tas. Nah mulai saat ini, kalau pingin flash disk kamu berumur panjang, jangan lagi menyimpannya di tempat sama ya?!
Memang susah sih untuk mematuhinya, tapi kita harus berusaha donk! ;p

2. Jangan terkena air
Meski ada beberapa merk yang mengklaim waterproof, menjauhkan flash disk dari sentuhan air tetap saja menjadi langkah yang paling aman. Daripada data kamu hilang, mendingan tidak ambil resiko kan?
Betul..betul...

3. Virus scan
Saat Pengambilan data atau pemindahan dari dari pc ke flash disk, sangat mungkin bukan hanya data yang ikut berpindah tapi juga virus-virus yang terdapat dalam komputer. Apalagi kalau kita mengambil dan menyimpan data dari internet. Waduh, flash disk kamu bisa dipenuhi virus-virus pengganggu. Makanya, jangan lupa untuk melakukan ritual scan virus secara berkala dengan software anti virus yang tersedia.
Soal dek virus, kita juga harus rajin meng-up date anti virus kita lho!

4. Proses eject atau stop
Selalu melakukan proses eject atau stop sebelum mencabut flash disk dari port USB. Selain bisa menjadikan flash disk rusak, tidak melakukan proses eject atau stop juga dapat mempengaruhi file-file data yang kamu simpan di dalamnya lho.
Ya iya lah, lha wong kita kalo mo masuk ama keluar rumah aja pake ketok pintu ama pamit kok.

5. Jauhkan dari tempat panas
Semua barang elektronik tak terkecuali flash disk, sangat rentan dengan yang namanya panas. Apalagi terkena sinar matahari langsung. Jadi usahakan tidak menyimpannya di tempat yang panas dan terkena sinar matahari langsung. Misalnya, meninggalkan flash disk di mobil.

6. Hindari benturan keras
Coba rasain kalau kamu jatuh dari lantai 12, kamu bisa jadi harus masuk rumah sakit atau bahkan masuk ke rumah masa depan. Begitu juga dengan flash disk. Jadi jagalah flash disk kamu baik-baik dari benturan keras ya.
Jadi kalo mo masuk rumah ato mo turun pas naek bis, jangan ketok pake flash disk ya!

7. Tutuplah selalu
Udara dan lingkungan kita penuh dengan debu dan kotoran. Jika socket flash disk kita kotor maka dapat mengakibatkan proses baca tulis sering gagal. Makanya selalu tutup biar nggak kotor, jangan malah diilangin tutupnya!
*no comment*

8. Minimalisir proses hapus-tulis
Sama seperti kita, flash disk juga memiliki usia lho. Artinya suatu saat flash disk kita bisa mati dan tidak bisa digunakan lagi. Usia flash disk berbeda-beda, tergantung kualitas dan merk dari flash disk itu sendiri. Biasanya usia flash disk antara 10.000-100.000 kali proses hapus tulis. Jadi usahakan untuk meminimalisir proses tersebut dan juga mengedit langsung dari flash disk. Jadi digunakan untuk memindahkan file-file yang penting saja.
Kalo kita bisa menggunakan e-mail untuk memindahkan file kita, kenapa tidak?

Wah, banyak juga yah yang harus kita lakukan demi kelangsungan hidup flash disk kita. Yap, daripada menjadi sebuah penyesalan, tindakan pencegahan memang lebih mulia, daripada sebuah tangisan pilu ketika flash disk kita rusak dan kita kehilangan file-file yang penting!

Semoga bermanfaat!