Kamis, Juli 07, 2005

Tentang DPR di Sebuah Tembok

Di daerah Blok M, di sebuah tembok yang biasa dikencingi sopir taksi, saya membaca sebuah tulisan kecil: “DPR kura-kura!” (Itu sudah saya halus-haluskan sendiri, tulisan sesungguhnya adalah “DPR an…!”) Tulisan itu kecil saja; tapi saya bisa membacanya karena malam itu saya tidak kuat menahan kencing dan akhirnya saya memutuskan kencing di tempat sopir-sopir biasa kencing itu.

Tulisan itu kayaknya sudah dibikin sebelum Badan Legislatif DPR merencanakan liburan lima hari ke Perancis dan Amerika Serikat dengan biaya hampir satu miliar rupiah untuk 30 orang. Katanya studi banding. Tapi alasan itu agak sulit dipercaya. Menurut penelitian terbaru yang saya baca, otak para anggota DPR kita merupakan salah satu benda di dunia ini yang kemurniannya selalu terjaga, dan karena itu tidak mungkin disusupi oleh ide-ide atau pengetahuan apa pun. Jadi saya yakin, setelah studi banding pun, keadaan otak mereka tetap akan seperti sediakala.

Kembali ke tembok yang sering dikencingi, tulisan “DPR kura-kura!” itu pun tampaknya sudah ditulis sebelum DPR mengajukan proposal kenaikan tunjangan yang jenisnya lucu-lucu. Ada tunjangan untuk penyerapan aspirasi masyarakat, besarnya Rp4,5 juta sehari. Ada tunjangan kehormatan, tunjangan komunikasi intensif, tunjangan operasional khusus, dan sebagainya. Nah, tunjangan operasional khusus ini jumlahnya paling besar. Mungkin setiap anggota DPR sedang merencanakan aksi-aksi khusus yang memang membutuhkan biaya besar. Misalnya, operasi plastik bagi yang tidak tampan; atau mengecilkan bentuk hidung yang kebesaran; atau untuk membiayai kursus kepribadian.

Akibatnya, jika semula orang-orang di Senayan itu memperoleh 20-30 juta tiap bulan, maka dengan kenaikan berbagai tunjangan yang mereka minta itu, kelak mereka akan menerima 35-80 juta tiap bulan.

Saudara-saudara anggota DPR, anda semua tak perlu curiga bahwa tulisan di tembok dekat Blok M itu dibuat oleh orang yang sirik terhadap rencana piknik dan usulan kenaikan tunjangan yang konon disetujui oleh semua anggota DPR. Si penulis “DPR kura-kura!” (sebetulnya “DPR an….”) itu, saya yakin, sudah menulis jauh sebelumnya. Kalau tidak percaya, silakan anda datangkan ahli purbakala untuk mengetahui umur tulisan itu. Lagipula, di tembok-tembok mana pun (tak hanya di dekat Blok M), setiap orang memang boleh menulis apa saja, asal tidak ketahuan. Kalau sampai ketahuan, misalkan anda menulis “DPR kambing”, maka anda pasti ditangkap dan diadili dengan tuduhan membocorkan rahasia negara.

Selain tulisan di atas, sebetulnya masih ada satu tulisan lagi di dekatnya. Tulisan itu berbunyi: “Kami membutuhkan wakil rakyat, tapi partai-partai hanya menyediakan gerombolan pengemis untuk menguasai Senayan.”

Saya sedih ketika membaca koran pagi tadi. Saya sedih karena hari-hari ini banyak yang menyerang DPR. Tapi, saya yakin sekali, anggota DPR kita adalah para patriot sejati yang pantang mundur. Mereka pasti akan tetap minta kenaikan tunjangan sekalipun di seluruh tembok, yang biasa dikencingi oleh sopir maupun anjing, orang-orang menuliskan caci maki untuk mereka.***

(Di kutip dari sebuah "cubitan mesra" seseorang di sini)

0 comments: