Kamis, Oktober 27, 2005

as HOMY as JOGJA

Yap! Sebentar lagi lebaran tiba. Acara mudik kembali dilakoni. Untuk lebaran tahun ini rencana mudik tanggal 1 November malam, naik kereta api Taksaka.

Hmmmm....jadi berasa kangen gini yah? Hehehehe...maklum, Jogja ditinggal 2 bulan aja rasanya seperti ditinggal 10 tahun. :p

Mungkin ada juga yah teman-teman blogger yang mau mudik atau berkunjung ke Jogja liburan lebaran tahun ini? Kalau iya, mungkin sekelumit info dan gambar berikut bisa memberikan pencerahan, terutama yang sama sekali belum pernah ke Jogja.

Inilah beberapa tempat yang selalu menemani setiap derap langkahku di masa lalu, kini, dan masa yang akan datang.

Image hosted by Photobucket.com
Foto Tahun 1951.
Image hosted by Photobucket.com
Foto Tahun 2003.

Foto di atas adalah Plengkung Wijilan. Plengkung ini pada jaman dahulu kala bisa dibilang sebagai salah satu gerbang masuk-keluar beteng Kraton Kasultanan. Pada masa sekarang juga dimanfaatkan sebagai salah satu jalur lalu lintas.
Plengkung ini menghadap utara tepat berada di depan rumahku. Di bagian luar beteng tepatnya. Ada di daerah Yudonegaran. Buat teman-teman yang suka wisata kuliner, jangan sampai lupa tempat ini sebagai patokan. Kenapa???? Karena apabila kita masuk kurang lebih 20 m ke arah selatan melewati plengkung ini, maka kita akan menuju sentra jajan Gudeg khas Jogja. Salah satunya Gudeg Yu Djum yang cukup populer itu.

Image hosted by Photobucket.com
Alun-alun Utara.

Nah, di sinilah dulu tempat bermain sepak bola dengan teman-teman sekampung tiap sore. Tidak peduli cuaca terik, mendung, ataupun hujan lebat, sepak bola jalan terus. Maklum, sebagai anak kampung, kalo ga main bola ga gaul!! :p
Letaknya juga tidak jauh dari rumahku, sekitar 20 m jalan kaki ke arah barat. Kalo tiap pagi, apalagi hari minggu, favorit utk lari pagi. Suegerrrr lahir batin!
Berciri khas mempunyai pohon beringin dua buah, dan berada tepat di depan Istana Kasultanan Jogjakarta.
Tempat diselenggarakannya pasar malam-perayaan Sekaten tiap tahun. Berhubung tetangga, kalau masuk ke pasar malam selalu gratis! hehehehe...

Image hosted by Photobucket.com
Masjid Gedhe Kauman.

Untuk teman-teman yang ingin wisata religi ataupun ingin menunaikan ibadah sholat, bisa dilakukan di masjid ini.
Berada di sebelah barat Alun-alun Utara.
Menjadi bagian penting dari perjalanan hidupku karena dulu Taman Kanak-kanak-ku tepat dibelakang masjid ini.

Image hosted by Photobucket.com
Foto Tahun 1967.
Image hosted by Photobucket.com
Foto Tahun 2004.

Dulu dikenal sebagai bunderan air mancur (foto atas). Saat ini sering disebut sebagai perempatan Kantor Pos Besar Jogja (foto bawah).
Kenapa air mancurnya dihilangkan? Selain lebih sering menimbulkan lalu-lintas macet, juga karena sering untuk mandi gelandangan dan kungkum* orang gila! hehehehe...
Ditetapkan sebagai titik 0 km untuk wilayah Jogjakarta.
Posisinya sangat vital dan strategis. Berada di antara Jl. Malioboro dan Alun-alun Utara Jogjakarta. Setaralah dengan Bunderan HI yang ada di Jakarta.^^

Image hosted by Photobucket.com
Foto Tahun 1938.
Image hosted by Photobucket.com
Foto Tahun 2002.

Inilah yang disebut dengan Stasiun Tugu. Berada tepat di utara Jl. Malioboro. Tempat dimana ujung dari perjalanan kita menuju kota Jogja menggunakan kereta api.
Selain vital, tempat ini cukup melankolis dan selalu menyimpan banyak cerita. Yah, cerita yang selalu datang dan pergi, layaknya deru kereta yang datang dan pergi dari kota Jogja.
Perasaan selalu merasa ringan ketika datang, dan selalu berat ketika meninggalkan.


Itulah beberapa tempat yang bisa menggambarkan kota Jogja secara sekilas. Oh, iya. Kalau sedang berada di Jogja, petunjuk arah angin sangat penting ketika kita menanyakan keberadaan suatu tempat. Hal itu ditunjang dengan tata ruang kota Jogja yang simetris dengan arah utara, timur, selatan, maupun barat.
Oke, selamat menikmati kota Jogja. Semoga membawa kenangan yang indah!

Sumber foto: di klik!

NB: *kungkum=jawa:berendam

Jumat, Oktober 21, 2005

Penyejuk kalbu

Image hosted by Photobucket.com

Bermain dalam drama seri televisi Dunia Tanpa Koma, Dian Sastrowardoyo (23) mendapat kesempatan menjadi wartawati. Tidak saja ikut mewawancarai Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Carlo Tewu, Dian juga ikut rapat redaksi dan melihat bagaimana wartawan stres kalau belum mendapat narasumber. Agar bisa menghayati perannya, Dian mengaku banyak mendapat bimbingan dari Leila Chudori, wartawan Tempo yang membuat skenario drama seri televisi ini.

Dian juga mengaku dapat lebih menghayati sisi-sisi kehidupan pribadi seorang wartawan. Bagaimana ribetnya enggak diongkosin transport, tapi headline-nya harus ok, gimana wartawan enggak brutal ya... , katanya. Artis kelahiran Jakarta, 16 Maret 1982, ini juga tidak ketinggalan mengalami kisah cinta antarwartawan.

Ditanya mengapa ia menerima tawaran serial televisi setelah selama ini ia dikenal lewat film-film layar lebar, seperti Ada Apa Dengan Cinta? dan Ungu Violet, Dian mengatakan, ia merasa bertanggung jawab dengan industri televisi Indonesia. Kalau kita ingin mutunya lebih baik, ya harus ikut terjun dan berpartisipasi, katanya. (EDN)

Coba simak kembali kalimat terakhirnya, “Kalau kita ingin mutunya baik, ya harus ikut terjun dan berpartisipasi….” Wah, berasa ringan terucap, tapi artinya dalam dan penuh perjuangan. Apalagi diucapkan oleh seorang dek Dian. Sedap.

Akhirnya, harapan untuk mendapatkan (bakal) sebuah tontonan yang menyejukkan mata di televisi lokal akan terwujud. Hmmm….sebuah impian yang lama terpendam.

Sebab, walau kita memiliki hampir 10 stasiun tv, tapi kegiatan saling mengekor program cukup merisaukan selera menonton. Sinetron yang katanya religius namun terbungkus nuansa mistis itu, yang saat ini sedang in dan katanya berating tinggi, kadang membuat muak. Terlalu berlebihan dan juga sering tidak tepat menempatkan gambar dengan materi religinya.

Untung di rumah sudah ada fasilitas tv kabel. Bukan bermaksud sok elit atau apa, tapi itu merupakan sebuah solusi terbaik daripada mata jadi bebal dan perilaku merah. Eh, kebalik yah? Hehehehe….

Mau menuntut program seperti itu ditarik juga tidak bijak. Banyak orang yang bisa hidup dari program itu. Lebih baik kita cari solusi mulai dari diri kita.

Selama ini, yah, cukup lama memang, kalau kita ingin melihat akting seorang Dian Sastro harus merogoh kocek kita untuk Mas 21. Tontonan eksklusif. Kecuali stasiun tv yang kadang menampilkan film Dian dalam kurun waktu yang tidak tentu. Kalau kata Samuel Beckett sih bagaikan menunggu si godot… ^^

Dan yang pasti para rekan wartawan di lapangan akan mendapatkan partner yang lebih menyenangkan dan ramah daripada seorang Andi Mallarangeng sekalipun….hehehehehe….

Mungkin bisa jadi para wartawan yang biasanya di bagian kantor ingin kembali turun ke lapangan. :p

Oke. Berarti nanti kalau sudah tayang akan ada 2 tontonan favorit. Yang pertama penampilan dari grup musik humor Teamlo, dan yang kedua tentu saja drama tv dengan aktris seorang Diandra Paramitha Sastrowardoyo.

Beruntungnya stasiun tv yang mendapatkan hak siarnya. Dijamin ratingnya akan tinggi! Hehehehe….

Oh, iya. Buat yang diujung jalan sana, jangan jealous, yah! ^^v

Note:
Sekadar survey kecil-kecilan, setujukah anda para darah muda jikalau dek Dian main di program televisi??? Tulis 1 jika setuju, tulis 2 jika setuju sekali….hehehehe….nggak ding….tulis 2 jika tidak berkenan. Berikan juga alasannya. Terima kasih!

Salam menyentuh kalbu!

Jumat, Oktober 14, 2005

Wakuncar *

Image hosted by Photobucket.com

Hai...hai...hai! Jumpa lagi bersama Kak Nunung!!!! Hehehehe...iya yah...udah bertaon2 ga ngisi blog...maklum, lagi banyak kleleran di jalan.

Hmmm...hari ini udah Jumat lagi. Udah weekend lagi. Gak terasa, waktu memang cepat berlalu jika kita sedang berkutat dengan rutinitas kita. Sebentar lagi mau lebaran, wuih....

Gimana yah, mau berusaha cuek dengan keadaan sekitar kok tetap ga bisa. Itu lho, dimana-mana sekarang lagi mewabah apa yang dinamakan Kartu Kompensasi BBM. Wah, seru aja, melihat senyum dikulum orang yang kebagian, sekaligus sebuah kantor kecamatan yg lebur karena diserbu warga yang tidak terdata sebagai warga miskin di wilayahnya. Hmmmm....

Sebentar lagi mudik. Mudik ke Jogja. Yah, semua pembicaraan di setiap ajang bebrayan dengan rekan selalu itu topiknya. Ada yang ngomongin soal tiket yang harganya meroket seiring dengan kenaikan harga BBM, di Jogja nanti acaranya mau ngapain aja, kepengen reunian ama temen sekolah dulu, mau wisata kuliner lagi, atau sekadar ingin memegang Tugu Jogja saja....hehehehe...kurang kerjaan.

Lumayan, hari-hari ini puasa selalu ditemani oleh mendung dan rintik hujan. Adem. Jadi ga berasa kalo lagi puasa. Tapi ya itu, mbikin liyer-liyer.**

Merasa juga kalo habis melewati beberapa momen yang lumayan merdu. Sayang, ga sempet terdokumentasikan. Jadi pingin hunting lagi. Ngajak sapa yah????

Momen. Yah, momen. Dari setiap lagu MP3 yang diputar, momen-momen itu selalu saja kembali melintas. Melintas begitu saja, tapi berulang-ulang. Membelai. Tuh khan, karena cuaca mendung, jadi kebawa mendayu-ndayu gene...hehehehe...yo ben!

Jumat, sore sudah menjelang. Besok sudah hari Sabtu. Lama sudah tidak ke Mangga Dua. Lihat-lihat barang dan siapa tahu bisa beli sesuatu yang sip!Ke Mangga Dua, ke Thamrin aja belom sempet....hehehehehe... ^^v

Oke, mungkin ini dulu deh grundelan ngalor-ngidul untuk akhir pekan ini! Met weekend! Ciao!

*Waktu kunjungan yang mencar-mencar ^^v
**Jawa = terkantuk-kantuk