Kamis, September 29, 2005

Harap-harap cemas...

Image hosted by Photobucket.com
Foto: detik.com

Ketika pertiwi belum hilang bersedih dari berbagai deraan musibah, kembali kita dihadapkan pada sebuah situasi yang membuat kita kelu. Kenaikan harga BBM.

Terungkap bahwa kenaikan terjadi demi sebuah pengurangan subsidi BBM bagi kemaslahatan yang lebih luas dan banyak. Menarik dan mengharukan.

Di lain pihak terjadi di depan mata sebuah tindakan penimbunan dan tindakan gila dengan menyedot pipa minyak Pertamina oleh orang Pertamina sendiri secara ilegal. Sekali lagi, ilegal! Dan tiap tahun orang itu bisa mengeruk hampir 1 triliun lebih, secara ilegal. Hebat, kan????

Lihat di internet, baca di koran, menyaksikan di tv, semua orang mengantri BBM demi harga yang lebih murah sebelum tanggal 1 Oktober, batas mulainya kenaikan harga terbaru.

Tua, muda, kakek, nenek, semua ikut dengan segala macam wadah demi setetes yang begitu berharga. Ya, setiap tetes akan terasa sekali sebagai hitungan rupiah untuk situasi saat ini.

Ah, jadi penasaran. Akhirnya siang ini aku nimbrung antri BBM di SPBU. Wah, panjang juga yang ikut antrian.

Semua wajah yang terlihat dari deretan antrian menampakkan wajah yang harap-harap cemas. Cemas akan kehabisan stok BBM. Tak banyak yang bercakap. Tentu lain dengan yang selesai dilayani, wajah lega terpancar. Seperti saat menunggu kelahiran bayi. Yah, seperti itulah.

Tak lama kemudian, SPBU ditutup karena (katanya) stok habis. Wah, beruntung juga aku ikut masuk antrian yang kebagian. Yah, semoga bukan katanya, karena yang menjerit (hatinya) di luar sana masih banyak. Indikator bensin sudah limit, mau didorong kok ya mobil. Kalau sepeda onthel mah, ayo!

Begitulah. Semua meradang! Nelayan meradang! Ibu-ibu meradang!

Segala teori dan logika ekonomi para menteri demi kenaikan harga BBM tidak digubris (rakyat)! Mereka hanya tahu harga BBM telah naik dan merekalah yang harus terbebani. Geram.

Rencana pengumuman kenaikan harga BBM sekitar pukul 10 malam pada tanggal 30 September 2005. Wah, tanggal itu....historis....hehehehehe...ngerti laaaaaahh... ^^v

Dulu kala ketika BBM naik, rakyat sebelumnya juga meradang, namun luruh lagi. Apakah besok juga akan begitu? Rakyat akhirnya akan menerima (pasrah) dengan kenaikan nanti? Hmmmm....cukup tabah dan sabar juga ya kita ini sebagai warga negara dan bangsa. Atau nrimo????

Hebat deh kalau begitu. Karena kita kemudian tidak terjebak dan hanyut dalam situasi yang chaos dan rusuh. Salut.

....nyak! minyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkk!!!

Senin, September 19, 2005

Etika

Image hosted by Photobucket.com

Mungkin kalo kita ingat, dulu kala ketika masih dalam masa pertumbuhan, kita mungkin sering mendengar apa yang disebut dengan budi pekerti. Yap, suatu tolak ukur tentang perilaku yang sepatutnya kita lakukan dalam bersosialisasi.

Orang tua atau bahkan bapak ibu guru kita seringkali mengingatkan kita akan hal-hal yang berkaitan dengan budi pekerti idem dito masalah etika berperilaku.

Ingat ketika jaman SMP dahulu kala, ibu guru mata pelajaran PKK sering mengutarakan tentang hal-hal yang tidak elok untuk dilakukan. Tidak elok itu ya tidak enak dipandang mata lah… ^^

Misalnya, jangan duduk di depan pintu, makan jangan sambil berjalan, kalau bersin ditutup, menguap jangan asal njeplak, kalau melewati orang yang lebih tua harus bersikap sopan, mau masuk rumah ketok pintu lebih dulu, membuang sampah di tempatnya, kalau memberikan sesuatu atau berjabat tangan kalau memungkinkan dengan tangan kanan, dilarang membicarakan keburukan orang lain, membiasakan antri, menggunakan suatu barang jikalau sudah selesai harus mengembalikan ke tempat semula, dan lain-lainnya. Banyak deh pokoknya….. :p

Dulu kala ketika hal-hal tersebut selalu ditekankan, serasa menjadi sebuah teror. Tidak boleh inilah, tidak boleh itulah, sebaiknya seperti inilah….$@#&**?!+$##

Namun, layaknya batu yang ditetesi air terus-menerus, akhirnya peringatan-peringatan yang bertubi-tubi itu menjelma menjadi suatu pengertian alam bawah sadar ketika kita berbuat sesuatu di kemudian hari.

Jika kita akan melanggar apa yang dulu kala selalu ditekankan, kita sontak akan merasa ada yang mengerem. Kita menjadi berpikir, bolehkah sesuatu ini kita lakukan? Bolehkah sesuatu itu kita kerjakan?

Dan ternyata sedikit (sebenarnya) banyak, hal-hal itu sangat membantu dalam aktivitas sosial kita. Karena sudah menjadi sesuatu yang umum dan dipahami hampir semua orang, kita merasa nyaman melakukannya.

Memang, masalah budi pekerti atau pun tata karma memang hal yang relatif. Namun, dengan sedikit bantuan olah pikir dan logika, tentu hal tersebut dapat menjadi suatu nilai positif tersendiri.

Melihat situasi dan kondisi terkini negeriku yang (sebenarnya) kaya raya dan subur makmur, tapi ternyata carut-marut dan terpuruk dimana-mana, timbul satu pertanyaan, mungkinkah karena etika sudah tidak menjadi pegangan lagi?

Mungkin hanya rumput yang bergoyang, yang akan bisa menjawab…

Selasa, September 13, 2005

Mas Boy

Image hosted by Photobucket.com

Ketika membaca tulisan mas yg agak ganteng ini, aku jadi ingat juga kejadian beberapa tahun yang lampau. Ini juga masih berhubungan dengan film juga.

Jogjakarta, medio akhir 80-an.

Dunia perbioskopan Jogja menggeliat hebat. Hampir semua bioskop yang ada di kota gudeg saat itu sedang bergairah.

Antrian di depan loket menjadi hal yang biasa. Dan mayoritas penonton adalah para kawula muda serta remaja putri yang sedang riang gembira.

Layaknya anak muda yang sedang memasuki masa puber, mereka sedang dalam situasi berusaha mencari jatidiri dan sosok yang selalu menjadi kiblat maupun panutannya.

Sekitar paruh waktu itu, sosok dan juga fenomena yang sedang heboh adalah sosok "Mas Boy". Sosok yang mencuat dari film remaja "Catatan Si Boy".

Aku jadi tidak habis pikir, dulu kok aku bisa nonton film itu di bioskop, yah? Kalo tidak salah film itu sudah mencantumkan kata-kata "17 th ke atas" deh....tapi aku yang masih imut dan bersahaja waktu itu sudah bisa nonton tanpa ada halangan sama sekali. Hmmmm...mungkin karena ditunjang tubuhku yang (katanya) bongsor, yah??? :p

Yap. Mas Boy. Diperankan oleh aktor Onky Alexander, sosok maya berusia 21 tahun yang awalnya muncul dari sebuah sandiwara radio di Prambors FM Jakarta.

Tokoh fiksi bernama lengkap Raden Ario Purbo Joyodiningrat, divisualisasikan sebagai seorang mahasiswa berdarah biru yang kaya raya, mengendarai mobil-mobil mewah (BMW), otaknya tokcer, rajin beribadah, suka menolong sesama, namun....nah, ini yang paling menarik hati para kawula muda: playboy dan punya hobi pacaran....hehehehehe....Mas_Tom banged deh....kekekekeke...

Tak pelak....hehehe....ada juga ya istilah kayak gini....sosok Mas Boy menjadi panutan cowok-cowok saat itu, sekaligus menjadi sosok idaman kaum hawa.

Semua kemudian menjadi ke-Mas Boy2-an. Rambut agak gondrong klimis, wajah bersih, lengan baju dilinting, bercelana jeans, sambil menenteng jaket di bahunya. Jago berkelahi lagi. Maskulin abis, pokoke.... :p

Ada satu sosok juga yang membuat heboh kala itu. Yak, betul kata Mas_Tom: sosok si Emon. Sosok sahabat Mas Boy, yang mengalami gejala transeksual itu, menjadi sosok kocak yang memberi hiburan tersendiri sekaligus mendobrak ketabuan menampilkan tokoh seperti dia di layar lebar. Saat itu sosok Emon diperankan oleh aktor Didi Petet.

Yang unik, ketika figur Mas Boy mulai meredup pada medio 90-an, sosok ke-Emon2-an justru semakin merajalela dalam dunia layar lebar maupun layar perak di Indonesia. Sampai saat ini. Kenapa ya, Mas Tom??? ^^

Oke, sebagai pengobat rasa rindu akan film "Catatan Si Boy" dan sosok seorang Mas Boy, berikut ini ada sebuah lirik lagu yang ikut ng-hit saat Film Catatan Si Boy beredar. Dengan judul yang sama dengan filmnya dan dinyanyikan oleh Mas Ikang Fawzi.

Fyi, lagu ini juga semakin sering diperdengarkan di ruangan kantorku....hehehehe....lha, lucu juga jhe kata-katanya......Selamat bernostalgia!


Catatan Si Boy by Ikang Fawzi

Siapa tak kenal dia
Boy anak orang kaya

Punya teman segudang
Karena pergaulannya

Baik budi dan tidak sombong...jagoan lagi pula pintar...oh Boy..
Cermin anak muda

Semua liku remaja
Impian kawula muda
Maka tak heran jika gaple pun dijabannya

Baik budi dan tidak brutal
Jagoan lagi pula pintar...oh Boy..
Semua dekat padanya

Kehidupannya...tak kenal frustasi
Tiada rumus gengsi...hatinya pun bersih..

Boy...boy...si boy...
Satu imajinasi...anak muda masa kini...pemuda yang seksi...

Boy...boy...si boy...
Satu imajinasi...anak muda masa kini...pemuda yang seksi...(2x)

**

Selasa, September 06, 2005

Asuransi

Liburan panjang akhir pekan (2-4 September 2005) kemarin, aku isi dengan acara mudik ke kampung halaman. Yah, sudah lama tidak mudik dan dalam rangka ada acara juga. Biasa, mantenan!

Rencana awal sudah disusun untuk sebuah liburan yang menyenangkan demi menikmati kota tercinta dalam 3 hari. Rencana tinggal rencana.

Dengan menggunakan mobil, mudik hemat ini (maklum, pake mobil, dan kita orang tinggal naik saja, kecuali yang yahud nyopir, harus menyetir mobil bergantian), punya rencana muluk ke kampung menghabiskan waktu dengan kegiatan yang semarak dan merdu-merdu.

Berangkat dari Jakarta aku berempat dengan temanku yang lain. Start hari Kamis jam 10 malam dari Wisma Dharmala Sudirman. Kita rencana mau lewat tol Cipularang via jalur Bandung-Ciamis dan lurus terus sampai Jogja.

Namanya musibah ternyata memang tidak bisa ditolak kalau sudah jatah kita. Kurang lebih sebelum pintu keluar tol Cikarang Pusat, sekitar pukul 01.30 dinihari, mobil kita (Innova) 'menyundul' mobil yang berada di depan.

Untung. Yah, sekali lagi untung...hehehe...mobil tidak berjalan kencang, karena saat itu lalu lintas memang sangat padat.

Ya sudah, tanpa banyak bicara kita langsung terlibat pembicaraan seru khas kasus tabrakan pada umumnya. Memang, kita berada pada posisi yang salah, karena kita menabrak dari belakang. Karena kita sebagai orang yang bertanggung jawab...hehehehe...tentu saja kita akan membereskan semua urusan mobil yang kita tabrak itu (sebuah kijang kapsul).

Yang tidak kita duga, ternyata bagian depan mobil kijang itu rusak parah, sehingga berakibat mesin tidak bisa dihidupkan. Ceritanya dia 'nyundul' truk yang ada di depannya, dan truk itu pun ternyata meneruskan perjalanannya tanpa berhenti terlebih dahulu. Hal ini sebenarnya yang membuat kita agak susah membuat kronologis lengkapnya. Maklum, yang di rombongan kita yang masih melek pas kejadian hanya mas sopirnya... :p

Uniknya, rombongan kijang kapsul yang berjumlah 3 orang itu juga akan menuju ke arah yang hampir sama dengan kita. Mereka akan menuju ke kota Magelang. Sebuah kota di sebelah utara Jogja.

Singkat kata, semua menjadi agak cerah ketika kata asuransi terucap. Yap, dengan jaminan asuransi ternyata membuat semua pihak bisa tersenyum kembali.

>> Sebagai catatan saja, asuransi yang ini atau yang ini, pelayanannya cukup memuaskan. Di samping cepat menanggapi keluhan dari pihak costumer, juga cukup simpatik ketika beberapa hari kemudian mereka menghubungi kita untuk mengkonfirmasi layanan yang sudah diberikan oleh mereka (after sales service).

Setelah mobil kijang selesai di derek keluar tol dengan mobil derek tol yang (katanya) gratis itu, kita akhirnya memutuskan kongkow-kongkow sambil istirahat sejenak menunggu mobil derek dari pihak asuransi yang akan membawa kijang kembali ke Jakarta.

Total jendral kita nongkrong di tol untuk mengurusi segala tetek bengek itu selama 2,5 jam. Sekitar pukul 03.00, kita akhirnya bisa melanjutkan kembali perjalanan menuju kota Jogja.

Karena ada insiden dan kita harus transit dulu di kota Ciamis "Manis", maka waktu kedatangan di kota tercinta pun jadi molor. Kita baru masuk Jogja sekitar pukul 16.00 WIB pada hari Jumat. Mundur 4 jam dari perkiraan semula.

Hikmah yang bisa kita petik dari peristiwa tadi...ehm...ehm...jikalau kita ingin melakukan perjalanan jarak jauh dengan mobil, sebaiknya:
>> Cek kondisi mobil.
>> Cek juga apakah mobil yang akan dipakai ada asuransinya, dan dari perusahaan asuransi mana. Ini ternyata sangat membantu menenangkan jiwa dan kantong kita....hehehehe
>> Siapkan kaset atau CD musik sebanyak dan sevariatif mungkin sebagai teman mengusir rasa kantuk. Sebisa mungkin yang mas sopir cocok, jadi nggak bikin bosan. Kalau kemarin itu kaset yang aku bawa total ada 15 biji, mulai dari Koes Ploes sampai Phil Collins. Sayang, yang lagu ndangdut tidak ada.... ^^v
>> Untuk jarak seperti Jakarta-Jogja, minimal harus ada 2 orang sopir.

Sebagai sebuah pengalaman pertama bagiku, semoga tulisan ini bisa memberi sebuah pencerahan.

Secara singkat acara liburan di Jogja cukup menyegarkan jiwa dan mengenyangkan....hehehehe....walau ternyata membuat mas ganteng ini jadi senewen, karena aku hari Minggu kemarin harus absen ke ABC Senayan. :p

Salam!