Senin, September 19, 2005

Etika

Image hosted by Photobucket.com

Mungkin kalo kita ingat, dulu kala ketika masih dalam masa pertumbuhan, kita mungkin sering mendengar apa yang disebut dengan budi pekerti. Yap, suatu tolak ukur tentang perilaku yang sepatutnya kita lakukan dalam bersosialisasi.

Orang tua atau bahkan bapak ibu guru kita seringkali mengingatkan kita akan hal-hal yang berkaitan dengan budi pekerti idem dito masalah etika berperilaku.

Ingat ketika jaman SMP dahulu kala, ibu guru mata pelajaran PKK sering mengutarakan tentang hal-hal yang tidak elok untuk dilakukan. Tidak elok itu ya tidak enak dipandang mata lah… ^^

Misalnya, jangan duduk di depan pintu, makan jangan sambil berjalan, kalau bersin ditutup, menguap jangan asal njeplak, kalau melewati orang yang lebih tua harus bersikap sopan, mau masuk rumah ketok pintu lebih dulu, membuang sampah di tempatnya, kalau memberikan sesuatu atau berjabat tangan kalau memungkinkan dengan tangan kanan, dilarang membicarakan keburukan orang lain, membiasakan antri, menggunakan suatu barang jikalau sudah selesai harus mengembalikan ke tempat semula, dan lain-lainnya. Banyak deh pokoknya….. :p

Dulu kala ketika hal-hal tersebut selalu ditekankan, serasa menjadi sebuah teror. Tidak boleh inilah, tidak boleh itulah, sebaiknya seperti inilah….$@#&**?!+$##

Namun, layaknya batu yang ditetesi air terus-menerus, akhirnya peringatan-peringatan yang bertubi-tubi itu menjelma menjadi suatu pengertian alam bawah sadar ketika kita berbuat sesuatu di kemudian hari.

Jika kita akan melanggar apa yang dulu kala selalu ditekankan, kita sontak akan merasa ada yang mengerem. Kita menjadi berpikir, bolehkah sesuatu ini kita lakukan? Bolehkah sesuatu itu kita kerjakan?

Dan ternyata sedikit (sebenarnya) banyak, hal-hal itu sangat membantu dalam aktivitas sosial kita. Karena sudah menjadi sesuatu yang umum dan dipahami hampir semua orang, kita merasa nyaman melakukannya.

Memang, masalah budi pekerti atau pun tata karma memang hal yang relatif. Namun, dengan sedikit bantuan olah pikir dan logika, tentu hal tersebut dapat menjadi suatu nilai positif tersendiri.

Melihat situasi dan kondisi terkini negeriku yang (sebenarnya) kaya raya dan subur makmur, tapi ternyata carut-marut dan terpuruk dimana-mana, timbul satu pertanyaan, mungkinkah karena etika sudah tidak menjadi pegangan lagi?

Mungkin hanya rumput yang bergoyang, yang akan bisa menjawab…

0 comments: