Selasa, Mei 03, 2005

Hardiknas

Upacara bendera memperingati Hari Pendidikan Nasional dilaksanakan di halaman depan sekolah. Dengan pembina upacara yang biasanya diemban juga oleh seorang kepala sekolah. Dengan formasi letter L, semua murid mengikutinya dengan hikmat satu jam penuh!

Kenangan ketika pelaksanaan upacara bendera di pagi hari ketika sekolah dasar itu, masih saja tergambar jelas. Bagaimana tidak. Setiap diadakan upacara bendera, sejak kelas 4, aku kalau tidak mendapatkan tugas membacakan Pembukaan UUD 1945, ya menjadi pemimpin upacara.

Sekarang jadi suka geleng-geleng kepala sendiri. Murid yang bandel kok ya dikasih tugas memimpin upacara, lho? Mungkin itu untuk meredam kebandelannya kali yah? :D

Sudah sekitar 15 tahun aku tinggalkan kenangan itu. Rasa itu masih membekas. Sengatan matahari pagi di punggungku ketika aku harus menjadi pemimpin upacara. Sebaliknya ketika aku harus membacakan Pembukaan UUD 1945, mentari pagi dengan mantap meluluri wajahku yang sedikit terlindungi topi merah yang mungil itu.

Sikap istirahat di tempat, sikap berdiri tegak, hormat ke pembina upacara dan bendera, baris-berbaris, lencang depan, lencang kanan, setengah lencang, dan yang paling favorit: balik kanan bubar jalan! ;p

Ada satu lagi yang lebih mengharukan ketimbang sambutan pembina yang kadang monoton, kaku, dan lebih sering kritikan, yaitu mengheningkan cipta.
“Mengheningkan cipta, mulai!”


“Selesai!”
Itulah kata-kata sakti yang melingkupi rentang waktu selama satu menit untuk memanjatkan doa kepada arwah para pendahulu kita. Dan juga sebagai ajang refleksi diri untuk melakukan tugas meneruskan cita-cita para pejuang kita itu.
...


Heh!

Akhirnya, lamunanku buyar seketika melihat foto kondisi gedung-gedung sekolah di bawah ini, yang aku dapatkan dari Mas Google...


Image hosted by Photobucket.com

Image hosted by Photobucket.com

Image hosted by Photobucket.com

Image hosted by Photobucket.com

Kenapa realitas seperti terlihat di atas masih ada di mana-mana? Kenapa? Seperti itukah wajah dunia pendidikan kita saat ini? Hancur lebur? Carut marut?

Sengak rasanya ketika melihat kenyataan itu. Tapi itu serasa dekat sekali. Serasa mengalami.

Tidak heran, ketika pentas di salah stasiun tv pada awal tahun, Iwan Fals sempat terheran-heran dengan lagu yang diciptakannya, Oemar Bakrie.

Lagu itu dibuat pada tahun 1979. Bertujuan untuk mengangkat realitas kehidupan seorang guru. Guru. Ya, guru. Sosok yang tidak bisa dilepaskan dari aktivitas dunia pendidikan. Bahkan perannya terasa sangat vital.

Iwan Fals cukup heran, kenapa lagu itu masih tetap relevan untuk menggambarkan kehidupan guru 25 tahun setelah lagu itu tercipta. Wow!

Tapi, apakah tidak bisa sih semua masalah itu teratasi? Kalau pertanyaan itu yang muncul, alangkah bijaknya kalau kita sempatkan mengunjungi Kantor Departemen Pendidikan Nasional yang terletak di bilangan Sudirman itu. Kalau bisa datang sekitar jam 8 pagi. Jam ketika mulai masuk kantor.

Apa yang terlihat di kantor mungkin akan bisa menjawab, apakah permasalahan di dunia pendidikan Indonesia semakin baik atau akan menjadi seperti sosok Oemar Bakrie rekaan Iwan Fals itu.

Iwan memang (katanya) suaranya fals. Tapi dari balik ke-fals-annya itu, ia mampu membelalakkan mata, bahwa harus ada yang diperbaiki! Walau mungkin harus menunggu 25 tahun lagi.

...

IWAN FALS - Guru Oemar Bakrie

Tas hitam dari kulit buaya
"Selamat pagi!", berkata bapak Oemar Bakri
"Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali!"
Tas hitam dari kulit buaya
Mari kita pergi, memberi pelajaran ilmu pasti
Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu

(*)
Laju sepeda kumbang di jalan berlubang
S'lalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang
Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang
Banyak polisi bawa senjata berwajah garang

Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan
"Berkelahi Pak!", jawab murid seperti jagoan
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut, cepat pulang
Busyet... standing dan terbang

Reff.
Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri
Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri... profesor dokter insinyur pun jadi
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri

Kembali ke (*)

Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan
"Berkelahi Pak!", jawab murid seperti jagoan
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut
Bakrie kentut... cepat pulang

Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri
Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri... bikin otak seperti otak Habibie
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri

Salam hangat untuk guru-guruku dan juga bapak-ibu TU dimanapun berada...

0 comments: