Selasa, Mei 31, 2005

Hmmm...

Image hosted by Photobucket.com


Ketika tak satu pun rahasia dapat Anda sembunyikan dari seorang wanita, berarti Anda telah jatuh cinta padanya - Paul Geraldy (1885-1983, sastrawan Prancis).

Sepakat? Bisa berlaku sebaliknya?

Senin, Mei 30, 2005

Katakan Cinta dengan Saputangan

Sepertinya baru kemarin kita menyeka keringat pakai selembar kain saputangan. Tiba-tiba benda itu mulai makin jarang dipakai, digantikan kertas tisu yang praktis dan mudah didapat. Ya, tampaknya ini jarang terlihat orang (apalagi perempuan) menyimpan saputangan di dalam tas atau kantung baju.

Image hosted by Photobucket.com

Saputangan sebenarnya sudah disebut-sebut dalam syair karya Catulus (85-87 SM). Tidak seperti saat ini, alat pengusap keringat kala itu terbuat dari jalinan rumput. Memasuki abad pertama sebelum Masehi, barulah saputangan terbuat dari kain linen. Meski sederhana, hanya golongan masayarakat kelas atas yang sanggup memilikinya. Itu sebabnya, saputangan diperlakukan dengan sangat istimewa dan untuk pemakaian yang eksklusif.

Memasuki abad ke-14, sudah banyak masyarakat di Eropa yang menyadari saputangan sebagai bagian tak terpisahkan dari gaya busana. Terutama di Italia, tempat pertama kali ide saputangan muncul dari seorang wanita Venesia, yang memotong-motong rami menjadi bentuk bujur sangkar dan menghiasinya dengan renda. Kala itu saputangan bertambah fungsinya sebagai sarana bertutur sapa di kalangan masyarakat kelas atas dengan cara melambai-lambaikannya. Sementara di gedung teater ia dilambai-lambaikan untuk memberikan sambutan hangat kepada para pemainnya.

Dari Italia saputangan menyebar ke seantero Prancis. Para bangsawan di bawah Raja Henry II memiliki andil besar dalam penyebarannya. Waktu itu saputangan sudah berbahan dasar sangat mahal, berhiaskan bordir sedemikian rupa sehingga sangat menarik dan menjadi barang mewah.

Fungsinya menjadi agak berbeda ketika cerutu diperkenalkan di Eropa abad ke-17. Menghisap cerutu menjadi kebiasaan yang sangat elegan. Sayangnya, menghisap cerutu dapat meningglkan noda cokelat di hidung yang sangat mengganggu penampilan. Di sini lah terjadi perkembangan dengan munculnya saputangan ukuran besar berwarna gelap. Sebelumnya, ia hadir dalam potongan mungil berenda dan berbordir nan kenes.

Suatu hari di abad ke-18 di Versailles Maria Antoinette menyatakan, saputangan berbentuk bujur sangkar lebih tepat dan lebih mudah dibawa kemana-mana. Bahkan Raja Louis XVI sampai mengeluarkan peraturan tentang ukuran bujur sangkar untuk semua saputangan yang dibuat di lingkungan istana.

Baru pada abad ke-19 saputangan sampai di Jerman. Namun baru beredar di kalangan bangsawan dan keturunan kerajaan. Saputangan juga menjadi hadiah umum dari pria yang menaruh hati kepada seorang wanita, atau sebaliknya. Dalam abad ini pula saputangan menjadi pelengkap wajib dalam gaya busana. Keberadaannya tidak lagi ngumpet di dalam tas, tapi sudah berani nongol di tangan.

Saputangan kemudian menjadi barang universal. Ia pun menjadi sarana komunikasi yang menarik. Meletakkan saputangan di pipi berarti "aku cinta padamu". Membawa saputangan ke pipi kanan, pertanda kita mengiyakan sesuatu, sedangkan ke kiri kita menolak. Meletakkan di dahi berarti, "kita sedang diamat-amati", dan jika diletakkan di bahu artinya, "ikuti aku". Bila seorang wanita meletakannya di bibir sambil menatap Anda, berbahagialah. Soalnya, ia ingin berkenalan dengan Anda!

Sayangnya, kini keberadaan saputangan perlahan terlindas tisu kertas yang praktis dan lebih higienis. Ah, sayang sekali kalau akhirnya saputangan jadi menghilang. Bukankah ia ramah lingkungan?

Sumber: Intisari, April 2005

Nb: Tapi, katanya ada mitos kalo memberi saputangan ke yayang kita, malah bikin putus, yah? Bener ga tuh? :D

Jumat, Mei 27, 2005

Bahagia

Hari Kamis, tanggal 26 Mei 2005 kemarin, merupakan hari yang membahagiakan. Karena, pada Kamis dinihari itu, klub sepak bola kesayanganku Liverpool, berhasil menjuarai UEFA Champions League untuk yang kelima kalinya.

Image hosted by Photobucket.com
Ataturk Olimpiyat Stadium, Turkey, 25 Mei 2005.

Yang lebih mengharukan lagi, Liverpool harus menunggu 21 tahun untuk kembali merebut gelar itu. Terakhir merebutnya pada kejuaraan di tahun 1984 di Roma, Italia. Sebuah rentang waktu yang sama ketika aku pertama kali mengenal dan nge-fans Liverpool.

Sudahlah. Aku sudah kehabisan kata-kata. Aku bahagia dan bangga. Itu saja.

You'll Never Walk Alone!

Kamis, Mei 19, 2005

Di bawah pohon itu

Image hosted by Photobucket.com
Gd. Pusat UGM

Ketika suatu bermula,
ketika hati bicara,
aku di sana.

Ketika bayu berhembus,
ketika rindu mengelus,
aku di sana.

Ketika waktu memburu,
ketika harus menunggu,
aku di sana.

Ketika angan terajut,
ketika nadi berdenyut,
aku di sana.

Ketika hasrat diri,
ketika tidak bermimpi,
aku di sana.

Ketika hari dihitamkan,
ketika mentari diburamkan,
aku di sana.

Aku di sana.

Di bawah pohon itu.

Ketika bilur-bilur kerinduan, jatuh dalam pelukan sang lembayung senja, kota Jogja…

- Jogja, medio 1999 -

Senin, Mei 16, 2005

Hidup ini indah

Diluar segala kontroversi yang ada, ada satu kata buat Dewa, salut!

Yap. Laiknya sebuah musik, sebagai paduan sebuah lirik dengan aransemen nada-nada yang dipilih, akhirnya jadilah sebuah lagu yang siap diperdengarkan. Dan Dewa ingin berbeda.

Image hosted by Photobucket.com
Formasi Dewa terbaru (ki-ka: Tyo, Dhani, Once, Yuke, dan Andra).

Dewa, dengan Dhani Manaf sebagai motor penggeraknya, mampu memberikan alternatif untuk indera pendengaran kita dengan sajian lagu-lagu yang merdu.

Dengan lirik-lirik yang dalam (walau beberapa lirik lagu disadur dari para penulis terkemuka) dan sajian musik yang enerjik-romantis (ini juga diakui dipengaruhi oleh beberapa kelompok musik di luar mereka), membuat telinga selalu terasa segar setiap lagu-lagu mereka mengalun.

Dan dengan kontroversi, mereka selalu mendapatkan sisi promosi tak terduga. Demikian juga dengan kasus yang terakhir. Misalnya saja, saudaraku langsung mencari CD album Laskar Cinta, karena takut cover albumnya keburu diubah! Mantap.

Oke, berikut ada lagu Dewa yang cukup merdu dan mendayu. Liriknya universal dan menurutku cukup religius juga. Menurutku lho... ;D

Selamat menikmati!

HIDUP INI INDAH

MATAHARI..MENYINARI SEISI BUMI …
SEPERTI ENGKAU...
MENYINARI… ROH DIDALAM JASADKU INI…
SELAMANYA… SEPERTI HUJAN ….
KAU BASAHI JIWA YANG KERING

REFF :
HIDUP INI INDAH….BILA KU SELALU….
ADA DISISIMU SETIAP WAKTU….
HINGGA AKU HEMBUSKAN NAFAS..
YANG TERAKHIR…DAN KITA PUN BERTEMU

KAU… BAGAI UDARA YANG KUHIRUP
DISETIAP MASA.. ENGKAULAH DARAH
YANG MENGALIR DALAM NADIKU....REFF

MAAFKANLAH SLALU… SALAHKU
KARNA KAU MEMANG PEMAAF
DAN AKU HANYA … MANUSIA... REFF

.. HANYA KAU DAN AKU..DALAM AWAL DAN AKHIR..

Selasa, Mei 10, 2005

Sepanjang jalan kenangan

Bagi teman-teman yang menyukai suatu perjalanan, terutama perjalanan darat menggunakan mobil, mulai tanggal 26 April 2005 yang lalu kita telah diberikan suatu alternatif jalur perjalanan yang mengasyikkan.

Suka ke kota Bandung? Wah, kebetulan. Per tanggal tersebut, jalan tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang) yang menghubungkan Jakarta dengan Bandung sudah dioperasikan oleh pihak Jasa Marga. Dan masih gratis lagi.

Apa yang istimewa dari jalan tol itu, sih? Selain untuk keperluan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diadakan di Bandung, waktu tempuh antara Jakarta-Bandung yang lebih singkat, juga suasana berkendara dengan melewati tol itu yang menyegarkan.

Dengan instruksi langsung dari Ibu Presiden Megawati ketika masih menjadi presiden, tol Cipularang ditargetkan untuk kelar dalam waktu 1 tahun saja. Lebih cepat 1 tahun dari waktu yang diperkirakan oleh pihak Jasa Marga.

Dengan melewati pegunungan, lembah, sungai, bahkan jalur kereta, tol Cipularang tidak hanya memberikan jaminan waktu tempuh yang singkat. Namun juga bisa memanjakan mata pengguna kendaraan untuk menikmati panorama yang tersaji.

Ada satu titik tertentu di mana antara rel kereta dengan jalan tol sejajar. Sehingga apabila kita ingin berfoto dengan latar belakang kereta yang sedang lewat, tentu sangat indah sekali.

Image hosted by Photobucket.com
dok: Kompas (repro)

Begitu pun sebaliknya,ketika kita menggunakan kereta api menuju Bandung atau sebaliknya ketika ke Jakarta, kita akan menyaksikan kekokohan jembatan tol tersebut yang terpadu begitu indah dengan hijaunya hamparan perbukitan di sekitarnya. Tanpa ada pemandangan cerobong-cerobong pabrik industri yang biasa ada di sekitar jalan tol di Jakarta.

Selain itu, daya tarik lain di Tol Cipularang adalah jembatan bebas hambatan terpanjang dan tertinggi di Indonesia, yakni Jembatan Cikubang.

Dulu ketika ingin pergi ke kota Bandung, kita harus melewati jalur Puncak Bogor yang terkenal macet di akhir pekan itu. Sekitar 3,5 sampai 4 jam waktu yang kita perlukan.

Dengan tol Cipularang, bisa kurang dari 2,5 jam untuk menuju kota Bandung. Bahkan waktu tempuh itu lebih singkat daripada perjalanan menggunakan kereta api. Kita tinggal masuk tol lewat Gerbang Tol Pondok Gede Timur (Jakarta) kemudian keluar di Pasteur (Bandung).

Untuk tarifnya sendiri diusulkan Rp 325 atau Rp 355 per km untuk kendaraan pribadi sekelas sedan atau jeep (gol I A).

Dengan panjang total sekitar 131 km dan melibatkan hampir 50 ribu pekerja untuk menyelesaikan proyek ini, diharapkan dapat memacu pembanguan di sektor yang lainnya. Terutama sektor pendidikan yang masih tambal sulam.

Ataukah kita akan membangun ketika ada suatu hajatan tertentu saja? Atau membangun ketika kita mendapatkan peringatan terlebih dahulu seperti musibah di Aceh? Entahlah. Berharap yang baik-baik saja, sambil kita harus tetap berjalan, menatap masa depan yang lebih baik. Ehm!

Suatu lintasan masa, tentu akan meninggalkan secarik cerita yang tersisa. Kadang indah, kadang biru, namun tidak jarang juga harus menjadi sebuah cerita yang pilu. Tapi kita telah melaluinya. Kita sudah merasakannya. Tinggal apakah masa itu akan kita gunakan sebagai lukisan untuk pengingat? Atau menjadi semacam tisu toilet yang langsung kita buang? Itu semua pilihan untuk kita.

Republik Ciputat, Mei 2005.

Selasa, Mei 03, 2005

Hardiknas

Upacara bendera memperingati Hari Pendidikan Nasional dilaksanakan di halaman depan sekolah. Dengan pembina upacara yang biasanya diemban juga oleh seorang kepala sekolah. Dengan formasi letter L, semua murid mengikutinya dengan hikmat satu jam penuh!

Kenangan ketika pelaksanaan upacara bendera di pagi hari ketika sekolah dasar itu, masih saja tergambar jelas. Bagaimana tidak. Setiap diadakan upacara bendera, sejak kelas 4, aku kalau tidak mendapatkan tugas membacakan Pembukaan UUD 1945, ya menjadi pemimpin upacara.

Sekarang jadi suka geleng-geleng kepala sendiri. Murid yang bandel kok ya dikasih tugas memimpin upacara, lho? Mungkin itu untuk meredam kebandelannya kali yah? :D

Sudah sekitar 15 tahun aku tinggalkan kenangan itu. Rasa itu masih membekas. Sengatan matahari pagi di punggungku ketika aku harus menjadi pemimpin upacara. Sebaliknya ketika aku harus membacakan Pembukaan UUD 1945, mentari pagi dengan mantap meluluri wajahku yang sedikit terlindungi topi merah yang mungil itu.

Sikap istirahat di tempat, sikap berdiri tegak, hormat ke pembina upacara dan bendera, baris-berbaris, lencang depan, lencang kanan, setengah lencang, dan yang paling favorit: balik kanan bubar jalan! ;p

Ada satu lagi yang lebih mengharukan ketimbang sambutan pembina yang kadang monoton, kaku, dan lebih sering kritikan, yaitu mengheningkan cipta.
“Mengheningkan cipta, mulai!”


“Selesai!”
Itulah kata-kata sakti yang melingkupi rentang waktu selama satu menit untuk memanjatkan doa kepada arwah para pendahulu kita. Dan juga sebagai ajang refleksi diri untuk melakukan tugas meneruskan cita-cita para pejuang kita itu.
...


Heh!

Akhirnya, lamunanku buyar seketika melihat foto kondisi gedung-gedung sekolah di bawah ini, yang aku dapatkan dari Mas Google...


Image hosted by Photobucket.com

Image hosted by Photobucket.com

Image hosted by Photobucket.com

Image hosted by Photobucket.com

Kenapa realitas seperti terlihat di atas masih ada di mana-mana? Kenapa? Seperti itukah wajah dunia pendidikan kita saat ini? Hancur lebur? Carut marut?

Sengak rasanya ketika melihat kenyataan itu. Tapi itu serasa dekat sekali. Serasa mengalami.

Tidak heran, ketika pentas di salah stasiun tv pada awal tahun, Iwan Fals sempat terheran-heran dengan lagu yang diciptakannya, Oemar Bakrie.

Lagu itu dibuat pada tahun 1979. Bertujuan untuk mengangkat realitas kehidupan seorang guru. Guru. Ya, guru. Sosok yang tidak bisa dilepaskan dari aktivitas dunia pendidikan. Bahkan perannya terasa sangat vital.

Iwan Fals cukup heran, kenapa lagu itu masih tetap relevan untuk menggambarkan kehidupan guru 25 tahun setelah lagu itu tercipta. Wow!

Tapi, apakah tidak bisa sih semua masalah itu teratasi? Kalau pertanyaan itu yang muncul, alangkah bijaknya kalau kita sempatkan mengunjungi Kantor Departemen Pendidikan Nasional yang terletak di bilangan Sudirman itu. Kalau bisa datang sekitar jam 8 pagi. Jam ketika mulai masuk kantor.

Apa yang terlihat di kantor mungkin akan bisa menjawab, apakah permasalahan di dunia pendidikan Indonesia semakin baik atau akan menjadi seperti sosok Oemar Bakrie rekaan Iwan Fals itu.

Iwan memang (katanya) suaranya fals. Tapi dari balik ke-fals-annya itu, ia mampu membelalakkan mata, bahwa harus ada yang diperbaiki! Walau mungkin harus menunggu 25 tahun lagi.

...

IWAN FALS - Guru Oemar Bakrie

Tas hitam dari kulit buaya
"Selamat pagi!", berkata bapak Oemar Bakri
"Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali!"
Tas hitam dari kulit buaya
Mari kita pergi, memberi pelajaran ilmu pasti
Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu

(*)
Laju sepeda kumbang di jalan berlubang
S'lalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang
Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang
Banyak polisi bawa senjata berwajah garang

Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan
"Berkelahi Pak!", jawab murid seperti jagoan
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut, cepat pulang
Busyet... standing dan terbang

Reff.
Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri
Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri... profesor dokter insinyur pun jadi
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri

Kembali ke (*)

Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan
"Berkelahi Pak!", jawab murid seperti jagoan
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut
Bakrie kentut... cepat pulang

Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri
Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri... bikin otak seperti otak Habibie
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri

Salam hangat untuk guru-guruku dan juga bapak-ibu TU dimanapun berada...