Jumat, November 25, 2005

Fiuuuhhh.....

Waktu membaca berita di sini, senyum kecut langsung mengembang.

Bingung. Mana yang harus menjadi pegangan. Tanpa ada tanda apa-apa, langsung saja harga gas elpiji direncanakan naik 41%. Riilnya, dari tabung yang beratnya sekitar 12 kg itu, akan dihargai menjadi sekitar 70 ribuan rupiah. Harga sebelumnya sekitar 50 ribuan.

Semoga berita itu bukan ingin mengetes reaksi masyarakat. Masyarakat mungkin sudah habis kesabarannya.

Dengan adanya kebocoran info bakal naiknya harga itu mungkin ada baiknya juga, namun ketidakjelasan itu semakin membuat geram saja. Apa saja sih yang sudah mereka kerjakan sehingga harga bisa seenaknya naik tanpa ada barometer yang jelas?

Kok rasanya pingin emosi saja yah bawaannya. Semoga bapak dirut ini atau yang berwenang segera bisa mengklarifikasi. Kalo memang benar harganya naik, wah, keterlaluan deh!**

Image hosted by Photobucket.com

Jangan bingung! Foto diatas memang tidak ada hubungannya sama gas elpiji! hehehehe....Yah, paling tidak ada hiburan di tengah kepenatan dengan menyaksikan akting si adek di layar lebar.

Kalau belum tahu jadwalnya, bisa klik di sini.**

Met weekend! Mudik dulu yah! ^^

Kamis, November 24, 2005

Warta kita

Image hosted by Photobucket.com

Pada hari Selasa (22/11/05) malam kemarin, kebetulan aku menghadiri acara temu alumni dengan adik-adik angkatan kuliah. Mereka sedang ada acara di Jakarta. Pertemuan itu sendiri diadakan di sebuah hotel yang berada di kawasan Mangga Dua.

Aku berangkat bareng Mas Sulak yang kebetulan satu almamater. Wah, perjalanan yang lumayan jauh. Ciputat-Mangga Dua kalau kita naik mobil, lama waktu yang kita tempuh bisa sebanding dengan rute Jogja-Malang! :D

Tapi, keberadaan busway mulai terasa manfaatnya ketika kita menempuh rute tersebut. Dengan memarkir kendaraan di Gd. Dharmala Jl. Sudirman, kita melanjutkan dengan busway sampai mentok di stasiun Kota. Perjalanan begitu cepat dan nyaman. Full ac dan tidak uyuk-uyukan.

Singkat cerita kita sampai di tempat acara sudah terlambat. Resikonya ya jadi pusat perhatian…hehehehe

Setelah saling berkenalan dan berbagi cerita, acara dilanjutkan dengan diskusi. Yap, obrolan menjadi agak lebih akademis dan ilmiah, walaupun tetap porsi dagelannya lebih dominan.

Salah satu topik yang menjadi diskusi paling hangat yaitu masalah jurnalistik.
Apa sih jurnalistik itu? Jurnalistik adalah sebuah proses mencari, mengumpulkan, menyeleksi, dan mengolah informasi yang mengandung nilai berita, serta menyajikan kepada khalayak melalui media massa.

Selain relevan dengan disiplin ilmu, masalah jurnalistik menjadi fokus karena beberapa hal yang terjadi di sekitar kita .

Antara lain: Fenomena penyampaian berita dari stasiun televisi dan juga fenomena infotainment yang tidak pernah lepas dari kontroversi seperti saat sekarang ini.

Nah, merujuk dari hal tersebut, ingin rasanya menelaah program siaran televisi sebagai bahan kajian, sesuatu yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.

Mengapa masalah jurnalistik kita tekankan di sini? Karena fakta dan juga data menunjukkan bahwa selama ini masyarakat kita yang diterpa oleh media berada dalam jumlah yang cukup besar dan dalam durasi waktu yang lumayan lama setiap hari.

Apabila kita diterpa dengan berbagai informasi tersebut secara simultan dan terus-menerus, maka dibawah sadar kita bisa terpengaruh dengan fenomena maupun informasi tersebut.

Akan berakibat negatif apabila kita sudah terpola menerima informasi yang tidak proporsional dan tidak lengkap.

Secara mudah mungkin kita bisa mengamati tulisan di koran yang kadang tidak membuat kita semakin tahu tapi justru membuat kita menjadi bingung. Misalnya tentang berita penggrebekan sarang Dr Azahari di Batu Malang beberapa waktu yang lalu.

Ketika sejumlah informasi belum lengkap sudah disajikan, maka kita akan terjebak dalam sebuah situasi yang mengambang dan penuh tanda tanya. Bagaimana sebenarnya situasi itu terjadi? Apa yang sesungguhnya terjadi? Bagaimana kejadian itu akhirnya?

Bekal dasar yang paling mudah bagi kita ketika menerima sebuah informasi tentu dengan rumus 5 W + 1 H. Yaitu: Who (siapa), What (apa), When (kapan), Where (dimana), Why (mengapa), dan How (bagaimana). Dengan rumus itulah kita akan merasa imbang dengan informasi yang kita dapatkan.

Sebagai pedoman lainnya, harus kita bedakan dengan jelas antara fakta dan pendapat. Seperti yang selalu disampaikan oleh Aa Gym, suatu berita haruslah BAL, yaitu Benar, Akurat, dan Lengkap. Sebelum 3 hal itu terpenuhi, janganlah kita memutuskan sesuatu terhadap suatu berita.

Masalah etika komunikasi juga sangat penting. Namun demi sebuah dramatisasi, kadang hal tersebut diabaikan. Misalnya penampakan korban kecelakaan yang vulgar, penyajian sebuah suasana kesedihan atau penderitaan seseorang yang gamblang. Hal itu kadang membuat kita jengah maupun risi. Bukan keingintahuan yang terpenuhi, namun rasa muak yang kita rasakan.

Tidak jauh berbeda dengan tayangan infotainment. Tayangan tersebut sampai saat ini ternyata lebih banyak memiliki porsi berita tentang perceraian, perselingkuhan, bahkan masalah yang sangat pribadi sekalipun dari para narasumbernya.

Sesuatu yang tidak layak disampaikan. Apalagi jika ada anak dibawah umur yang ikut menyaksikan. Wah, bakalan tercemar sejak usia dini deh!

Untuk sekali penayangan mungkin tidak masalah. Namun seperti yang kita tahu, tayangan infotainment di tv kita begitu banyak macamnya dan memiliki waktu penayangan dari pagi sampai sore. Dan celakanya lagi dengan materi yang 95 % sama antara satu tayangan infotainment dengan tayangan infotainment yang lainnya.

Bukan bermaksud menghakimi siaran televisi. Namun kedigdayaan media televisi untuk memberi bahkan mempengaruhi pemirsanya melalui tayangannya sangat signifikan sekali. Apalagi jika tayangan tersebut terjadi berulang secara periodik. Ambil contoh yang sangat mudah, tayangan iklan.

Untuk satu sampai dua kali penayangan mungkin belum terasa. Begitu kita menerima yang ke empat dan seterusnya, di bawah sadar produk yang diiklankan tersebut akan terngiang-ngiang terus. Seperti itulah gambaran singkatnya.

Trus, bagaimana solusinya? Sebagai media yang digunakan sebagai referensi dan tontonan, media massa, terutama tv, harus bisa memberikan sesuatu yang:
- Benar-benar terjadi,
- Benar-benar ada,
- Benar-benar, benar, dan
- Harus mengandung nilai kebenaran.

Terlihat ribet. Namun jika kita mencoba membiasakan diri, maka kita akan bisa segera menentukan apakah sebuah berita dari suatu media massa layak kita terima atau langsung kita buang sejauh-jauhnya. **

Salam hangat!

Sabtu, November 12, 2005

TTM

Image hosted by Photobucket.com

Teman Tapi Mesra (TTM) - Ratu

aku punya teman
teman sepermainan
kemana ada dia selalu ada aku

dia amat manis
juga baik hati
dia selalu ada
waktu untuk membantuku

namun aku bingung
ketika dia bilang cinta
dan dia juga katakan
tuk ingin jadi kekasihku

reff:
cukuplah saja berteman denganku
janganlah kau meminta lebih
ku tak mungkin mencintaimu
kita berteman saja
teman tapi mesra

aku memang suka pada dirimu
namun aku ada yg punya
lebih baik kita berteman
kita berteman saja
teman tapi mesra

aku punya teman
teman sepermainan
kemana ada dia selalu ada aku

namun aku bingung
ketika dia bilang cinta
dan dia juga katakan
tuk ingin jadi kekasihku

repeat reff

**
...hayoooo! Pasti ada yang tersenyum simpul ya baca lirik lagu diatas???? Termasuk Mas Ganteng ini. Hehehehe...tematis, gitu!

Yap, lagu grup Ratu yang berjudul TTM itu memang sedang in dan digemari. Yah, jadi bahan bersenandung dimana-mana. Dari remaja putri sampai ibu-ibu PKK. Gak tau, apa juga udah dibikin buat dering handphone juga.

Dalam formasi yang terbaru ini, Maia Ahmad sebagai pentolan grup Ratu didampingi oleh duet barunya si Mulan, benar-benar tampil atraktif. Walau sudah jadi ibu-ibu, namun mereka tetap tambil funky dan gaul. Berjiwa muda!

Selain itu, saat Mulan diproklamirkan sebagai vokalis baru Ratu, Maia Ahmad pernah berjanji untuk membuat musik Ratu lebih ngerock dengan banyak permainan gitar. “Sekarang musik Ratu justru kita banget, tidak mellow lagi,” jelas Maia.

Sekadar catatan, sebagai persona, Maia Ahmad memang istimewa. Ibu beranak tiga ini memang istri dari musisi pentolan grup Dewa, Dhani Manaf. Tapi soal pengalaman bermusik Maia, banyak orang belum tahu sebelum grup Ratu muncul dengan formasi awal Maia-Pinkan Mambo.

Maia tidak hanya menyanyi dan menciptakan lagu, memainkan alat musik seperti gitar dan keyboard pun ternyata Maia jago. Lengkap.

Bicara tentang lagu TTM, tentu saja idenya diambil dari apa yang sering terjadi di sekitar kita. Status TTM memang mengundang berbagai macam reaksi. Tetapi tetap, lagu itu begitu mudah diterima khalayak pendengar karena terasa dekat di kehidupan kita. Hal itulah yang bisa membuat sebuah lagu menjadi populer dan banyak didengarkan dimana-mana. Dan yang pasti, asyik juga buat berjoget! ^^

...cukuplah saja berteman denganku
janganlah kau meminta lebih
ku tak mungkin mencintaimu
kita berteman saja
teman tapi mesra…

**

Rabu, November 09, 2005

Kreatif…Heran…*Wagu!

Image hosted by Photobucket.com

Membaca surat kabar ini pada tanggal 5 Nopember 2005 lalu sungguh menyentak akal sehat plus nurani plus logika plus daya pikir. Perasaan campur aduk. Bagaimana tidak, di dalam tangki bahan bakar (avtur) pesawat ini yang akan tinggal landas, terdapat kandungan 96, 46% air!!! Ya udah, mesin pesawat begitu di starter langsung mogok.

Hasil analisis laboratorium PT ini menyebutkan kadar air yang terkandung dalam avtur yang terisi dalam tangki pesawat itu sebanyak 96,46 persen. Sampel yang diambil sebanyak 100 mililiter. Metode analisis yang dipakai antara lain Karl Fischer dan penelitian tersebut atas permintaan maskapai penerbangan tersebut.

Tidak tahu mengapa, masalah serius yang timbul di Indonesia akhir-akhir ini mulai terlihat tidak bermutu. Serius. Yah, masalah avtur yang mengandung air tersebut benar-benar serius.

Di sini kita bicara tentang pesawat terbang. Apalagi pesawat komersial. Kita bisa membayangkan, jikalau pesawat itu bisa terbang, dipastikan ketika di angkasa pesawat itu pasti akan “batuk-batuk” seperti orang keselek biji salak.

Kalo bebek atau ayam sih oke-oke saja di sodorin air. Lha ini sebuah hasil teknologi mutakhir perlakuannya kok kayak beternak lele dumbo saja. Ngawur!

Bicara soal motif mungkin semakin membuat kita geleng-geleng kepala. Kalau orang yang mencampur avtur dengan air itu berniat melakukan semacam sabotase sih masih mending. Lha kalau hanya demi sekian rupiah karena himpitan masalah ekonomi oknum yang menyelewengkan pengisian avtur tadi, hal itu benar-benar nestapa.

Tapi seperti kasus-kasus sebelumnya, kehormatan korps tetap dijunjung setinggi langit ketimbang keinginan untuk menguak kasus yang berat ini.

Pertamina, sebagai pihak yang mendapat mandapat mandat mengisi avtur ke pesawat terbang, sekali lagi terkesan alot untuk ikut menguak tabir yang masih kelam ini. Padahal polisi sudah menetapkan 4 orang tersangka dari para karyawan Pertamina.

Mereka mungkin belum tentu bersalah, tapi paling tdak bisa ikut membantu menguak kasus ini bersama-sama dengan pihak kepolisian. Seharusnya.

Dengan berbagai kasus yang menimpa dunia penerbangan selama ini, semakin beratlah tugas untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap maskapai penerbangan sebagai salah satu moda angkutan yang paling cepat dan praktis menuju ke berbagai tujuan.**

Image hosted by Photobucket.com

Belum selesai mengamati kasus pesawat ini, muncul lagi kasus yang lumayan wagu lagi ketika tadi pagi menikmati tontonan program stasiun ini.

Akhir-akhir ini ketika harga gas elpiji bertabung yang biasa digunakan untuk kegiatan di dapur itu naik, maka munculah berbagai kasus.

Selain kasus semakin langkanya stok gas di pasaran, ada kasus lain yang cukup merisaukan juga. Yaitu kasus gas bertabung “kentut”. Kentut di sini bukan aktivitas biologis dari manusia, namun gas bertabung yang isinya tidak hanya elpiji saja tetapi juga ditambahi dengan gas yang non elpiji.

Tujuannya tentu saja untuk mengeruk keuntungan dari pengurangan kadar elpiji di tabung itu.

Dengan penambahan gas non-elpiji di tabung tersebut, maka kandungan elpijinya menjadi berkurang, namun bobot tabung tersebut tetap sesuai standar. Para konsumen yang tidak telitilah yang menderita kerugian.

Mana sempat sih kita untuk mengecek apakah tabung itu layak atau tidak kita beli? Apalagi kita yang mungkin hanya menyuruh orang untuk membeli atau menggunakan jasa delivery/beli-antar.

Untuk kasus gas “kentut” ini ada salah satu tips untuk mengecek apakah tabung yang kita beli itu bodong atau asli isinya.

Jikalau tabung yang kita beli itu berisi murni elpiji, maka ketika kita gunakan untuk menghidupkan kompor gas kita cukup sekali kita tekan-putar kompor sudah menyala.

Tidak demikian dengan yang tabung “kentut”. Perlu beberapa kali “ctek” untuk menyalakan kompor kita.

Jadi kalau tabung yang kita beli ternyata bermasalah, kita bisa langsung putuskan pindah ke toko yang lain. Tapi kalau stoknya langka seperti saat ini susah juga yah pindah-pindah ke tempat yang tidak jelas juga ketersediaan stoknya. :p

Orang Indonesia tuh memang kreatif kalau sedang kepepet. Tapi kok ya kreatifnya nggak penting banget!

Hmmmm….itulah hal-hal yang menyambut pagiku hari ini. Hehehehe..dapetnya kok ya nggak manis dan romantis babar blas!

Oh, iya…Met lebaran bagi yang merayakan! Buat semuanya mohon maaf lahir batin ya jikalau selama ini selalu membuat perasaan gundah gulana!! ^^v

Salam!


Notes:
*Wagu=Jawa:Tindakan yang tidak pantas