Kamis, Desember 08, 2005

Hujan di Bulan Desember

Hari Rabu (7/12) siang kemarin hujan kembali mengguyur kota Jakarta. Bukan hujan biasa. Hujan deras yang diselilingi kilatan petir dan angin puting beliung.

Bisa ditebak. Beberapa ruas jalan terjadi genangan, dan tentu saja kemacetan timbul diakibatkan genangan tersebut.

Akibat dari peristiwa alam tersebut antara lain juga menimbulkan beberapa pohon maupun hanya sekadar dahan dan ranting yang roboh.

Nah, hal itulah yang mengkhawatirkan. Bisa dibayangkan apabila kita sedang berkendara, apalagi jika menggunakan sepeda motor, sangat lah menyeramkan jika tiba-tiba pohon yang tepat di atas kita roboh menimpa.

Belum lagi jika mobil kita sedang diparkir di bawah pohon yang besar dan rindang. Ketika hujan lebat berangin terjadi, tidak menutup kemungkinan mobil kita akan ringsek ditimpa pohon yang tumbang.

Yang selalu membuat kita trenyuh, hal itu sudah berulang kali terjadi. Berulang kali musim berganti, hal itu seperti sudah lumrah harus terjadi. Mengerikan.

Kenapa dengan adanya pembagian tugas yang sudah tegas, Dinas Pertamanan sebagai penanggung jawab keadaan pohon perindang di pinggir jalan tidak melakukan tindakan preventif. Sekali lagi preventif.

Dengan kondisi dua musim besar yang dimiliki Indonesia, seharusnya mereka tahu, kapan seharusnya pohon itu rindang, kapan pohon itu harus dipangkas atau dirapikan.

Sehingga ketika musim hujan tiba, tidak ada lagi cerita bahwa ada pohon yang tumbang yang menyebabkan kendaraan atau rumah ringsek, bahkan menimbulkan korban jiwa.

Image hosted by Photobucket.com

Ada satu hal lagi berkenaan dengan pohon perindang. Kalau diamat-amati, sebenarnya kondisi pohon perindang di beberapa tempat, baik di ibu kota maupun daerah lain, kondisinya tidak ideal.

Kekhawatiran tersebut bisa diamati dari pemilihan pohon yang ditanam. Banyak pohon yang tidak layak digunakan sebagai perindang. Selain terlihat rapuh, berdahan kecil, dan tidak memiliki akar yang kuat.

Sebenarnya ketika Belanda menjajah dulu, pernah memberikan pelajaran berharga soal pohon perindang tadi. Kalau kita amati di beberapa tempat, para ahli tata kota Belanda selalu menggunakan pohon Asem sebagai perindang di tengah panasnya kota.

Keunggulan pohon Asem sangatlah lengkap. Mulai dari dahannya yang kokoh, memiliki akar tunggang yang kokoh dan tidak merusak trotoar, memiliki daun yang kecil dan mudah hancur, sehingga ketika terbawa air hujan tidak menyumbat got. Mau apa lagi? Pilihan yang tepat sudah di depan mata.

Salam, yo!

0 comments: