Sabtu, Desember 03, 2005

JJMP*

Ketika mudik minggu lalu, aku sempatkan mampir ke pasar tradisional paling prestisius di Jogja, Pasar (m)Beringharjo. Prestisius sejarahnya, prestisius tempatnya. Maklum, berada di ujung Jl. Malioboro dan berada di jantung kota.

Image hosted by Photobucket.com
Pasar mBeringharjo 1910.

Segala yang kita butuhkan sehari-hari atau biasa kita sebut dengan sembako (sembilan bahan pokok) tersedia di pasar itu. Namun, seiring dengan maraknya raksasa pasar-pasar retail di Jogja, sedikit banyak mengurangi jumlah pengunjung pasar. Kebersihan dan tatanan yang lebih moderen membuat pengunjung berpaling. Tapi tetap, kurang afdol berbelanja kalau belum belanja di pasar mBeringharjo.

Ke mBeringharjo sendirian? Oh, tentu saja tidak! Hehehehe...Ditemani ibunda tercinta, dong. Sebagai penawar handal, ibu harus diikutsertakan. Yah, melepas kangen dengan cara yang alternatif! ^^

Nah, aku pergi ke pasar tersebut untuk keperluan membeli apa yang biasa kita sebut dengan cowek. Cowek bukan cowok cewek. Tapi sejenis alat untuk melembutkan atau mengolah bumbu masak dengan cara di-uleg. Pasangan dari cowek itu adalah alat peng-uleg-nya, yang biasa disebut dengan munthu. Oke kalau buat melempar maling. Dijamin kelenger! :p

Image hosted by Photobucket.com
Dwi Tunggal: Cowek dan Munthu

Kebetulan asisten rumah tangga di Jakarta sangat butuh alat masak itu. Maklum, cowek berbahan batu kali yang berkualitas ternyata sudah sangat susah ditemukan di Jakarta. Yang ada kebanyakan berbahan lapisan semen ataupun dari kayu. Tidak awet.

Selain itu di Jakarta segalanya serba praktis. Segala bumbu masak sudah tersedia dalam berbagai kemasan. Tetap, yang alami lebih afdol, lebih nendang rasanya. Untuk itulah aku berkelana di mBeringharjo.

Urusan membeli cowek beres, jalan-jalan mblusuk pasar dilanjutkan.

Tidak jauh dari mbok-mbok yang jualan cowek, terhampar jajaran bahan untuk membuat jamu tradisional. Wuah, baunya itu lho, menyengat! Bagaikan sedang di-aromatheraphy. Hehehehe....

Image hosted by Photobucket.com
Hamparan bahan-bahan jamu.

Ternyata bangsa kita sangat kaya bahan untuk jejamuan itu. Alami. Antara lain ada:
- Jinten
- Adas kulo waras
- Temu lawak
- Temu giring
- Temu ireng
- Kunyit
- Kencur
- Sunthi
- Kapulogo
- Krangean
- Pujang
- dan masih banyak yang lainnya.

Kalau aku sih, jamu tahunya ya, kunir asem. Yang manis-manis pokoknya. ^^

Untuk sehat, ternyata bahannya ada di sekitar kita. Di Jakarta, cari di mana, yah? Wah, jangan-jangan perlu impor dari Jogja, nih? :p

Salam!

JJMP*: Jalan-jalan mBlusuk Pasar.

0 comments: