Berhubung dua minggu kedepan aku akan ditinggal oleh sekondan kantor yang diundang menghadiri acara ini, maka untuk sementara tidak ada lagi teman ngobrol dan diskusi soal sepak bola yang seru dengan beliau.
Maklum, kita punya dukungan tim sepakbola yang berlawanan. Jadi ya tiap kita ketemu di kantor, pasti kita akan saling menyindir dan saling mengolok jika tim jagoan kita kalah. Tentu dalam batas humor saja, tanpa perlu lempar batu atau lompat meja layaknya ‘oknum’ anggota DPR RI.
Tidak hanya di tingkat klub di Eropa, di tingkat lokal pun kita tiba-tiba bisa menjadi sangat-sangat fasis dengan klub pujaan kita. Beliau sejak dahulu kala memuja klub PSIS. Nah, kalo aku jelas merunut akar sejarah pasti pejah gesang mendukung secara fanatik klub PSIM. Tanpa bisa ditawar-tawar lagi!!! Hehehehe…
Yang datang ke acara tersebut dari Indonesia ada tiga orang, salah satunya Mas Eka Kurniawan. Yah, hitung-hitung jadi duta bangsa lah! :)
Yang cukup menarik dan semoga terkabul, beliau mempunyai cita-cita ingin berfoto bersama dengan Mas Marco van Basten, legenda sepakbola Belanda yang harus pensiun dini karena cedera kaki yang parah. Wah, impian yang indah. Lha wong aku aja mau foto ama dek “itu” ada saja yang menghalang-halangi! Hahahaha….*merujuk*
Satu hal yang kadang menjadi bahan renungan, seseorang untuk mencapai batas tertentu ada yang dengan sangat mudah mencapai. Namun ada juga pihak yang harus melewati beberapa masa bahkan tahap untuk mencapai batas itu.
Contohnya ya beliau ini. Berawal dari sebuah acara para sastrawan di kota Bandung, yang kebetulan dihadiri wakil dari pihak ini, maka beliau bisa pergi ke negeri dibawah permukaan laut itu.
Pihak penyelenggara acara itu rupanya sangat tertarik dengan karyanya. Sebelumnya aku cukup penasaran, karya apa sebenarnya yang membuat mereka tertarik. Ternyata sebuah cerpen.
Sebuah cerpen yang untuk tahap sempurna menurutnya harus di’sempurnakan” selama bertahun-tahun. Ya, bertahun-tahun.
Sebuah perjuangan. Lahir dan batin. Coba bandingkan dengan para wakil rakyat di DPR yang bisa-bisanya melakukan studi banding ke luar negeri ketika para anggota dewan di negara yang dituju sedang memasuki masa reses alias masa libur alias masa tidak ngantor.
Kemarin ketika mereka ke Mesir baru kena batunya. Masyarakat menghujat. Mereka merasa seperti ditelanjangi. Namun hebatnya ada yang merasa senang dan tenang-tenang saja.
Okelah. Hari-hari ini akan banyak pekerjaan. Untuk online mungkin juga jadi hal yang jarang. Terutama pas jam kantor…hehehehe….
Untuk yang mau kunjungan hibah kebudayaan semoga diberi kelancaran dan disana tidak turun hujan salju terus. Kalau hujan salju tiap hari bisa gawat. Tubuh bisa mengkeret… :p Semoga akan banyak cerita menarik dari sana!
Salam!
Rabu, Januari 18, 2006
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar