Selasa, Agustus 30, 2005

Kebakaran?!?!??

Image hosted by Photobucket.com

Pasar Melawai di kawasan Blok M Jakarta Selatan, pada hari Senin (29/08/05) pagi, terbakar hebat.

Pasar yang selalu dipenuhi pengunjung tiap hari itu, memiliki 3 lantai dengan beraneka ragam pedagang. Sebagian besar menjual baju dan bahan konveksi dengan harga yang bersahabat.

Dengan mengerahkan hampir 40 armada pemadam kebakaran selama Senin pagi sampai Selasa pagi, hari berikutnya, Pasar Melawai meregang habis tidak kuasa menahan kobaran si jago merah. Ironisnya, jatuh korban jiwa seorang petugas pemadam kebakaran, yang tewas terjebak api di lantai 2.

Konon, kobarannya pun istimewa. Menurut saksi mata, kobarannya membesar meliputi 3 babak. Yaitu pada pukul 11.00 WIB, 15.00 WIB, dan 19.00 WIB (Senin, 29/08/05).

Karena istimewa itu, akhirnya timbul pikiran macam-macam, pasar itu terbakar atau sengaja dibakar?

Karena beberapa waktu lalu, ketika sebuah bangunan ingin didirikan untuk menggantikan bangunan yang lama, maka bangunan lama itu mengalami kebakaran terlebih dahulu. Apalagi jika pemilik atau penghuni bangunan lama itu terlibat pembicaraan alot untuk upaya alih kepemilikan. Hal itu juga sering terjadi pada komplek pemukiman padat penduduk.

Apakah sistem di gedung untuk mengatasi kebakaran di pasar itu tidak bekerja? Sebuah pertanyaan retoris jika kita selalu melihat fasilitas umum yang tidak pernah mengalami peawatan sama sekali tersebar dimana-mana.

Yang pasti dengan terbakarnya Pasar Melawai itu, ribuan padagang mulai resah dengan hangusnya barang dagangan mereka. Apalagi tidak ada prosedur ganti rugi dalam peristiwa itu.

Bang Yos sendiri, sudah menegaskan bahwa kebakaran pasar itu adalah alami. Tanpa ada faktor kesengajaan. Apalagi ketika ada isu akan dibangunnya hotel mewah di atas tanah Pasar Melawai itu, Bang Yos pun mengakui tidak mengetahui.

Bagaimanapun, sekali lagi, rakyat kecil harus menjadi korban.

Sabtu, Agustus 27, 2005

Gambar Porno Bisa Bikin Buta

Buta, karena melihat gambar porno bukan hanya mitos belaka. Yale University asal Amerika mampu membuktikan bahwa melihat gambar porno bisa menyebabkan kebutaan pada siapa saja. Waspadalah! Waspadalah! ^^

Melihat gambar porno buat sebagian orang bisa jadi hiburan, pekerjaan, atau hanya sekedar sarana menyalurkan rasa penasaran. Berbagai sensasi bisa dirasakan ketika menikmati gambar tersebut, namun hati-hati efek yang mengikuti di belakangnya.

Dikutip Femalefirst, Jumat (26/8/2005), penelitian yang pernah dimuat di Psychonomic Bulletin membuktikan hal tersebut. Ratusan relawan dilibatkan dalam penelitian yang digarap bersama oleh Nashville University dan Yale University.

Dalam penelitian tersebut responden diminta untuk melihat adegan-adegan yang menimbulkan rangsangan seksual di tengah gambar-gambar biasa. Hasilnya, terbukti bahwa sesaat setelah menyaksikan gambar tersebut para relawan merasakan buta sesaat.

Efek ini tak hanya ditumbulkan oleh gambar-gambar porno. Pemandangan sadis yang mengundang rasa trauma juga bisa memancing terjadinya hal ini.

Menurut para peneliti setelah melihat gambar sensual para relawan tersebut tak dapat mendeteksi penampakan visual apapun. Nah, untungnya hal ini hanya berlangsung selama 1/5 detik.

Kebutaan sesaat itu disebabkan karena kerja otak yang memancing emosi. Hal yang sama juga akan terjadi ketika para pejalan kaki menyaksikan korban kecelakaan yang berdarah-darah. Begitu juga misalnya ketika seorang pengendara motor baru saja melihat papan iklan yang merangsang seksual. Seketika itu juga, ia bisa merasakan kebutaan sementara.

>> Wah, kalo soal pengendara motor, melihat sesosok kaum hawa yang "merdu" pun bisa bikin buta sesaat, juga bisa bikin benjol-benjol! Masuk got karena meleng! kekekeke...Apalagi kalo lihat Mas_T, wah, bisa kehilangan kesadaran sesaat! Maklum, ganteng & keren abizz! *luaarrriiiiiii* ^^v

So, hati-hati ya! :p

Sumber: klik!

Jumat, Agustus 26, 2005

6 dekade

"Tapi siapa yang tahu rahasia yang tersimpan dalam hati kecil tiap-tiap orang, kalau tidak lidah sendiri yang membilang." (Abdoe'l Xarim M.s. - Cerita dari Digul).


Sudah 60 tahun Indonesia merdeka. Sudah 6 dekade kita lewati sebagai sebuah perjalanan bagi bangsa.

Banyak impian dan harapan milik para pendiri bangsa yang sudah atau mungkin masih belum terwujud hingga 17 Agustus 2005 ini.

Dengan awalan beberapa daerah yang terpecah-pecah, kemudian dapat menjadi satu pada akhirnya. Negara Kesatuan begitu orang menyebutnya. Perjuangan lahir batin sudah ditempuh. Deraian air mata dan darah sudah tak terhitung banyaknya untuk sekedar mewujudkan sebuah Republik Indonesia.

Masa berganti, para penguasa pun ikut berganti. Kalau kita amati, sama apa yang diinginkan para pemimpin dengan suara hati rakyat Indonesia. Sebuah negara yang aman, makmur, tentram, subur, dan sejahtera.

Dua orde yang lumayan panjang sudah dilewati, berganti dengan apa yang disebut dengan orde reformasi. Sebuah orde yang memberikan kesempatan lebih banyak kepada rakyat untuk menentukan sendiri apa yang terbaik untuk bangsa dan negaranya.

Namun keinginan sebagian besar komponen bangsa ternyata hanya sebatas keinginan saja. Mereka lebih banyak berada pada posisi penonton. Bahkan tidak sedikit yang menjadi korban atau pun dikorbankan untuk upaya mencapai impian-impian itu. Impian yang akhirnya tetap belum terwujud.

Tahun 2004. Sebuah ritual demokrasi untuk mencari seorang sosok yang bisa jadi menjadi seorang "sang ratu adil". Sosok yang menjadi tumpuan untuk membawa kapal yang hampir karam bernama Indonesia menuju samudra kehidupan berbangsa yang lebih beradab.

Namun kembali kita seperti dihadapkan pada sebuah situasi yang justru semakin tidak pasti dan semakin kacau balau. Semua orang yang mempunyai kuasa ingin bertindak sesuai dengan keinginan dan kepentingannya sendiri. Tidak ada kontrol dan nurani.

Sang bakal ratu adil pun semakin lama semakin tidak kuasa untuk menanggung beban dan harapan dari apa yang disebut dengan rakyat. Situasi menjadi terombang-ambing. Lempar tanggung jawab menjadi menu keseharian.

Kita hampir bingung, mana sekarang yang disebut dengan Negara Republik Indonesia ini? Masih kah dari ujung Pulau Weh sampai belahan Papua di ujung timur sana?

Tidak cukup lidah yang membilang saja, sebuah tindakan dengan nurani yang tulus dan self of belonging terhadap republik, harus menjadi kunci untuk meraih kehidupan berbangsa yang lebih beradab! Semoga!

Dirgahayu Republik-ku!

Rabu, Agustus 24, 2005

Pantun - Lomba 17-an Blogfam

Menanti Sebuah Jawaban
Itu lagunya Padi
Duh..duh..dek Dian
Dambaan setiap hati

Kalau lah naik sampan
Kita harus punya nyali
Masa-masa kemerdekaan
Harus diisi dengan yang berarti

**

Pak RT lewat
Membagikan surat
Ayo berangkat tirakat
Biar Indonesia tetap kuat

Kamu mengajakku
Eh, aku malah malu-malu
Indonesia ingin maju
Singsingkan lengan baju

Selasa, Agustus 23, 2005

Costumer Service

Image hosted by Photobucket.com

Ketika kita mengalami mati listrik heboh (black out) beberapa waktu lalu, tentu rasa kesal yang masih terasa hingga saat ini. Perasaan tak berkutik semakin terasa, apalagi tidak hanya kita sendiri yang merasakan, tapi hampir seluruh wilayah Jawa dan Bali.

Salah satu kegiatan yang semakin sering saya lakukan ketika layanan-layanan publik mengalami gangguan adalah mengontak perusahaan penyedia layanan tersebut. Salah satunya adalah mengajukan pertanyaan dasar: Mengapa hal itu bisa terjadi? Apa penyebabnya? Kapan kira-kira bisa diatasi problem tersebut?

Instansi-instansi yang paling sering saya kontak adalah PLN dan Telkom. Kedua institusi itu selain lumayan vital sebagai sarana kelancaran aktivitas kantor, juga yang paling sering mengalami gangguan. Huh!

Ada beberapa catatan.

Untuk PT Telkom, upaya menjelaskan problem yang terjadi melalui divisi costumer service-nya selama ini lumayan cukup berprestasi. Mereka bisa membuka sebuah percakapan dengan baik, sekaligus mampu menjawab problem yang ada, serta dengan manisnya akan menelpon balik ketika saluran yang bermasalah sudah pulih. Paling tidak dalam waktu kurang dari satu jam, problem kerusakan jaringan telepon sudah bisa diatasi. Simpatik.

Untuk PLN, bisa menjadi suatu kebetulan yang sengaja atau pun tidak, seperti yang diungkapkan oleh seorang menteri ESDM maupun pada tingkat costumer service-nya, bahwa gangguan aliran listrik bisa terjadi karena suatu sebab yang sama. Yaitu karena ada ular yang menclok di gardu/trafo listriknya. Mendengar hal tersebut, aku mungkin hanya bisa tersenyum. Selain terasa janggal, aku juga tidak sempat untuk membuktikannya. Begitulah.

Saya pernah melakukan suatu eksperimen ketika listrik yang saya gunakan tiba-tiba mati. Setelah beberapa kali tidak ditanggapi serius, saya seketika menelepon bagian costumer service tentang gangguan listrik yang terjadi. Iseng-iseng saya mengaku berasal dari suatu institusi yang bergengsi, sebut saja setingkat BUMN tingkat wahid. Wah, langsung, kurang dari 15 menit mereka sudah datang lengkap dengan teknisi dan supervisor-nya serta mobil operasional. Dan mereka hanya memancarkan mimik kecewa ketika tahu bahwa institusi yang dituju "biasa-biasa" saja. Hehehehe....diskriminatif! ^^V

Yang paling menyebalkan ketika kita berhadapan dengan costumer service adalah ketika kita mendapatkan jawaban: "Tidak tahu!" Karena kita akan berada dalam situasi yang tidak menentu. Tidak ada inisiatif untuk menghubungi kita. Kita dihadapkan pada situasi pasrah. Berat.

Dalam benak saya, divisi costumer service ada dalam lingkup kerja divisi Hubungan Masyarakat (Humas)/Public Relation (PR). Dia sudah dipersiapkan sedemikian rupa untuk berhadapan dengan costumer/consumer-nya dengan segala masalah yang akan timbul. Sehingga mereka akan selalu tampil "cantik" dan jujur. Tanpa harus membohongi publik ketika ada masalah yang harus diungkapkan.

Karena, terus terang saja kita selama ini selalu dalam posisi yang lemah dan harus menerima! Kita akan menerima apa yang disebut denda ketika kita, misalnya, terlambat melakukan kewajiban kita membayar tagihan telepon atau listrik. Tanpa bisa menuntut apap pun ketika kita mengalami kerugian seperti listrik mati secara tiba-tiba atau saluran telepon kita pet ketika kita akan menggunakannya.

Tapi syukurlah. Memang perlu sesuatu yang luar biasa untuk mengubah sesuatu, termasuk perlakuan kita sebagai seorang konsumen dari layanan publik itu. Ditambah dengan presiden yang mengalami sendiri bagaimana situasi yang kusut dan gerah ketika listrik mati, wacana kompensasi kerugian dari para konsumen akan segera kita dapatkan.

Walau masih berupa wacana, tapi tentu masih punya malu lah jika hal tersebut tidak jadi dilakukan. Kecuali kalau masih senang menggunakan topeng. Harapan tetap menjadi sesuatu yang berharga untuk menjadi sebuah kenyataan. Semoga. **

Kamis, Agustus 18, 2005

Kado

Hari Kamis, 18 Agustus 2005, sehari setelah HUT RI ke-60, sekitar pukul 10.25-16.00 WIB, sebagian besar masyarakat Indonesia di Pulau Jawa dan Bali, mendapatkan kado istimewa dari pemerintah Indonesia: LISTRIK MATI TANPA PEMBERITAHUAN SAMA SEKALI! Sedaaaaaab...

Wuiiihhh....langsung deh, imbas yang pertama terjadi: PANAS! Yap, udara langsung gerah. Kalau mental sih sudah teruji untuk kejadian listrik mati, tidak emosi lah.

Ya wes. Tunggu punya tunggu, akhirnya listrik hidup pukul 16.00 WIB. Senyum sedikit mengembang, langsung menghidupkan komputer, online, lihat berita di internet. Hmmm...ternyata semua mengalami mati listrik. Ya presiden, ya dirut PLN juga. Semua merasakan. Lumayan adil lah.

Tapi ada satu berita menarik di sini, yaitu:"Mati Listrik di Jepang: Dirut PLN Mundur & Ada Ganti Rugi."

Bagaimana jika mati listrik di siang bolong seperti Kamis (18/8/2005) ini terjadi di Jepang? Kepala PLN-nya buru-buru mundur karena malu dan yang jelas, ada ganti rugi.

"Beberapa tahun yang lalu di Kuala Lumpur juga ada kejadian yang sama. Mahathir langsung pecat Dirut PLN-nya." Lengkapnya klik sini.

Mungkin nggak ya pejabat mundur itu terjadi di Indonesia? Kalo setahuku sih pejabat di sini kalo kena kasus langsung ngeles aja ketika dimintai tanggung jawabnya. "Listrik mati itu khan karena bla...bla...bla..."

Mungkin pejabat PLN baru mundur atau dimundurkan kalau listriknya mati tanggal 17 Agustus kemarin, yah? Hehehe....kalau itu yang terjadi, satu kompi bisa langsung dimutasi tuh.... ^^

Btw, terima kasih terucap untuk Pemerintah Indonesia atas kado ini, semoga dengan kejadian ini, semua bisa menjadi lebih baik.

*Bletakh!*

Senin, Agustus 08, 2005

Seiring

Image hosted by Photobucket.com

Waktu berlalu kala dulu
Masa indah masa kelam

Teringat saat seia-sekata
Keinginan bahagia dan bersama

Tiada kata yang bisa
Tuk menyatukan semua rasa

Dalam dekap, dalam lelap
Langkah indah menderap

Kuingin genggam, kuingin redam
Semua asa yang melanggam

Kita tetap bertahan, karna ada yang menahan
Rasa cinta yang perlahan...

...menyatukan, sampai waktu kan meninggalkan

Selasa, Agustus 02, 2005

Nama

Apa sih gunanya nama itu sebenarnya? Kalo cari gampangnya tujuan ada nama ya untuk mempermudah kita dalam menyebut seseorang atau sesuatu agar kita tidak salah. Salah menentukan atau pun salah tentang apa yang kita inginkan.

Kadang kita tidak sadar kalau nama yang kita sandang sampai saat ini mempunyai sejarah tersendiri. Bagaimana dulu orang tua kita mencarikan nama untuk kita sampai tunggang-langgang lahir batin.

Ingin memberi nama sesuai keinginan sendiri, tapi juga kadang harus mendengarkan saran sekaligus keinginan para "sesepuh" agar masukan dari mereka dikabulkan. Bahkan belum lama ini temanku pun belum siap memberikan namanya juga ketika anaknya sudah lahir. Tidak ingin buru-buru dan sembarangan. Karena memang diharapkan, anaknya kelak akan membawa amanah sesuai nama yang disandangnya.

Dalam kehidupan nyata, sering kita lihat pada beberapa orang, ternyata apa yang telah mereka lakukan dan peroleh, bisa sesuai dengan nama yang mereka sandang. Kita ambil contoh yg mudah saja, misal Pak Amien Rais. Amien = dapat dipercaya (arab), Rais=pemimpin (arab). Dan telah beberapa organisasi atau pun lembaga mempercayai beliau untuk menjadi pemimpin. Itu salah satu contoh saja. Mungkin banyak contoh yang lainnya di sekitar kita.

Shakespeare mungkin pernah berkata, "What's in a name?" Tapi justru dari nama itu lah banyak cerita tercipta.

Ada kalanya orang tertimpa sial karena memiliki nama yang sama dengan orang yang seharusnya mendapat kesialan itu. Di lain waktu, orang tersenyum-senyum ketika berurusan dengan orang lain lancar karena meyebutkan nama seseorang sebagai keyword. Bahkan dengan nama yang dimilikinya, orang bisa mendapatkan rejeki yang tidak sedikit. Beragam.

Di beberapa tempat kadang kita menemui seseorang yang berwajah pribumi, tapi mempunyai nama bule. Bahkan nama orang beken. Misalnya nama pemain sepak bola Zinedine Zidane, Maradona, Zico, Ronaldo, atau pun nama artis Erick Estrada. Bahkan ada teman SMA yang namanya Yasser Arafat, plus tanpa brewok sama sekali.

Di dalam masyarakat yang masih mengenal trah, nama juga memegang peranan penting. Kita akan bisa diketahui kedudukan sosial kita apabila di dalam nama kita tercantum nama suatu trah tertentu. Apalagi kalau menyangkut nama bangsawan. Wah, tambah keren lah. Tidak sembarang orang boleh menyandang nama itu.

Dalam sebuah pergaulan pun kita sering mendengar nama-nama yang bisa menimbulkan konotasi macam-macam. Ada yang bisa menimbulkan kesan sexy, jantan, berwibawa, bahkan lucu dan unik. Contohnya tidak usah saya tuliskan, bisa menimbulkan gejolak. ;p

Sekarang mengenai sejarah namaku terbentuk....(^-^)V Namaku Irwan Rouf. Irwan dari gabungan dua kata "lahIRe aWAN" Awan = siang, dari bahasa jawa. Yap, aku dilahirkan pas terik-teriknya matahari sekitar pukul 12 siang. Kemudian Rouf berasal dari nama kakek dari pihak ibuku. Berasal dari bahasa arab, dimana Rouf itu berarti kasih sayang. Tanpa ada maksud apa-apa, hanya saja Rouf ini merupakan nama sponsor, karena sebelumnya namaku adalah Irwan Awan. Karena ada keinginan dari pihak keluarga kakek untuk mengabadikan nama Rouf pada namaku, maka nama Awan tereliminasi dengan sukses. Semua setuju, semua senang, dan semua bahagia.

Dengan membawa embel-embel nama Irwan Rouf pun bisa menjadi cerita yang lucu dan unik. Kadang ada yang protes, kenapa namanya Irwan Rouf, kok kesannya kombinasi yang nge-drop. Yang satu punya kesan jawa, dan satunya lagi kesan arab. Biasanya langsung aku jawab, "Yah, yang satu namaku waktu masih di kampung, dan yang satu nama panggilanku waktu di kota." ;D

Mungkin ketika tidak ada yang mengapresiasi nama kita, maka semua terlihat berjalan seperti biasa saja. Lain halnya ketika kita bertemu dengan orang yang sedikit banyak bertanya soal asal-usul nama kita. Kadang kita suka gelagapan sendiri kalau tidak siap ditanyai soal nama kita. Maklum, sesuatu yang jarang kita hadapi, walau itu atribut dari diri kita sendiri.

Ketika di Bandung, aku pernah dikenalkan oleh temanku kepada temannya. Seketika setelah mendengar namaku Rouf, orang itu pun langsung mengapresiasinya. Menanyakan artinya dan tanpa diduga-duga sebelumnya ia berkata, "Kasih sayang, sama seperti orangnya, penuh kasih sayang......," padahal temannya itu cowok....hihihihi....amfuuun..

Semenjak kecil sampai SMP, panggilanku Irwan. Beranjak SMA sampai kuliah, panggilanku ganti dengan Rouf. Mempunyai nama agak panjang memang kadang sedikit merepotkan.

Aku ketika itu sengaja mengganti dengan Rouf, karena ketika masa orientasi di SMA dulu, ada tugas membuat tulisan nama asli kita dengan Rapido ukuran 0,3, ukurannya rinci sampai milimeter. Dan apabila tulisannya salah atau mblobor, harus diulang terus sampai benar. Karena Irwan 5 huruf, maka kupilih saja Rouf yang 4 huruf, lebih pendek.....hehehe...tapi ya itu, selalu ada komentar, "Alaaaah, nggayaaaaa.....dulu namanya Irwan aja sekarang ganti Rouf. Huuu....waguuuu...."

Lepas dari itu semua, ketika orang tua dulu memberikan nama kepada kita, tentu berharap agar nama itu mampu menjadi teman melangkah dan lampu suar bagi jalan hidup kita. Hidup senang, tentram, dan bahagia. **

Punya cerita menarik yang lain tentang nama? Bagaimana dengan namamu?