Rabu, Februari 23, 2005

(Republik) Ciputat

Apa sih yang terlintas di benak kita kalo kita dengar kata Ciputat???? Waaahhh....dijamin deh pasti hanya satu dan itu pasti, Macet!!!! Yap! Macet, macet, dan macet.

Apanya yang macet, Mas? Waduh, mendingan orang yang masih tanya seperti itu kita ajak sekali-kali mengarungi bahtera kehidupan di Ciputat. ;D Ya lalu lintasnya itu lho yang bikin ngeper! Terutama yang di sekitar Pasar Ciputatnya. Tobatttt...

Jadi jangan heran. Setiap kali kita memperbincangkan sesuatu yang berbau Ciputat, maka langsung deh napsu makan kita hilang.

Masih nggak ngeh juga Mas?

Begini kisahnya. Tidak ada yang istimewa memang sebenarnya Ciputat. Sama seperti daerah-daerah lain di Jakarta. Di sana ada pasar, toko, swalayan, tukang tambal ban, pompa bensin, tukang ojek, angkot, preman, polisi cepek, warung tegal, lapak-lapak pedagang kaki lima, dan lain sebagainya.

Nah, yang spesial memang jalan raya yang melintas di depan Pasar Ciputat itu. Nggak ada abisnya deh yang namanya macet. 24 jam penuh! 24 hours, Mas!

Bayangkan, kita sudah mencoba untuk berangkat ke kantor pagi-pagi buta banget. Sekitar jam 5 pagi dari rumah. Itu saja kalo kita lagi sial buanged neh, kita bisa tertahan di atas kendaraan kita minimal sekitar setengah jam saja. Dan kalo lagi rejeki kita, bisa mangkrak di situ selama 1 jam lebih. Ruar biasaaaa...

Sebabnya bisa macam-macam. Angkot, yang namanya angkot kok ya selaluuuu saja ketiban sial sebagai penyebab kemacetan. Lha kalo lagi ngetem itu memang luar bisa sekali keterlaluannya. Gak bisa deh liat jalan kosong. Walau di tengah jalan sekalipun, teteeebbbb saja ngetem ngerasa tak berdosa.

Ada kejadian yang bisa bikin kita cepet tua lima taon. Alkisah, ada sejawat yang subuh-subuh berniat pergi ke arah Pondok Indah. Dengan bekal mental yang sangat kuat untuk menerjang kemacetan Ciputat, berangkatlah sejawat itu dari daerah Pamulang dengan mobilnya.

Dari Pamulang sampai dekat Pasar Ciputat masih oke-oke saja. Kemudian lalu lintas melambat. Akh, mungkin ada angkot yang ngetem , pikirnya. Sebentar lagi paling juga sudah jalan. Yang pasti klakson-klakson kendaraan yang tertahan sudah nyaring bunyinya. Ditunggu 15 menit belom gerak, masih wajar. 30 menit belom gerak, mulai gelisah. Hampir 45 menit, mulai keringatan. Lha kok sampe 1 jam belom gerak!

Usut punya usut, ternyata di depan pasar ada bis guwwedee yang ngetem. Dan bis tersayang itu ditingal sopirnya ngopi sambil pre-breakfast menunggu penumpangnya penuh. Uwedaaaan!

Belom lagi pedagang-pedagang yang melimpah di pinggir jalan. Sekarang sih sudah lumayan setelah ada penertiban, berupa larangan berdagang di badan jalan.

Kalo diukur-ukur, panjang jalannya yang biang macet gak begitu panjang, sekitar 500 meteran. Bahkan lebarnya juga lumayan, sekitar 15-an meter, dua arah. Tapi ya nggak ngaruh.

Belum lagi kondisi jalan yang blentang-blentong lubangnya di sana-sini. Bisa dibilang, kena macet di Cipuat, pas panas terik atau pas hujan deras sama saja. Menyiksa. Apa lagi yang naek motor, wah, bakalan uji nyali deh!

Mungkin yang belum pernah melihat langsung Ciputat akan berkomentar, “Ya udah, naek motor aja, khan enak tuh meliuk-liuk diantara kendaraan lain.” Gak berlaku aturan kayak gitu, Mas! Semua kendaraan sama derajatnya. Setiap ada celah jalan, semua berhak untuk melewati, tanpa ada aturan untuk mengalah sedikitpun.

Yang pasti kalau naik motor lebih hina lagi. Karena jalan berlubang, maka ketika habis hujan dipastikan akan ada genangan. Nah, itu dia. Genangan dimana-mana, lubangnya dalam, bau lagi airnya! Jadi kalau sampai kita kecipratan airnya, baunya itu lho...Hiiiii...

Wah, susah juga yah? Yap! Tapi kita harus tetap harus bisa mengantisipasi dengan jitu.
Antara lain:
1. Kalo kita mau naik mobil atau kendaraan pribadi, sebaiknya hindari jalan depan Pasar Ciputat. Banyak jalan alternatif yang tidak melewati pasar itu. Lebih jauh memang. Bisa lewat Pondok Cabe, trus nanti tembus Pasar Jumat. Atau lewat jalur Bintaro, nanti bisa tembus Tanah Kusir/Pondok Pinang.

2. Bagi yang biasa naik angkot tapi berniat lebih sehat & berkeringat, bisa jalan kaki saja melintasi Pasar Ciputat. ;D Siapa tau sambil lihat-lihat, nemu barang yang kita butuhkan di sepanjang jalan pasar itu.

3. Yang biasa naik sepeda motor atau diantar mas-mas ojek yang ramah, harus siap-siap aja sedikit bergoyang ketika melintasi jalan berlubang nan merdu itu.

4. Ini yang unik.
Banyak sopir taksi yang langsung menolak ketika kita minta mengantar ke daerah Ciputat. Begitu mendengar kata Ciputat, seketika mereka langsung minta maaf sambil minta ampun (...hehehe...gak ding, berlebihan!) untuk menolak mengantar kita ke daerah tersebut. Walaupun kita sudah yakinkan bahwa daerah yang kita tuju belum tentu melewati Pasar Ciputat. Bahkan untuk perusahaan taksi sekaliber si Burung Biru itu. Apes kan?
Makanya, kiat coba sedikit trik buat mereka...hehehe...Bilang saja kalau kita akan pergi ke daerah di sekitar Ciputat saja. Misalnya daerah Cirendeu, Legoso, Kampung Utan, Pamulang atau Rempoa. Pasti mereka akan dengan senang hati mengantar kita.
Tapi harus benar-benar tidak melewati pasar lho! Kan repot nanti kalo pak sopirnya ngambek. ;D

Begitulah Ciputat. Suatu sisi lain di daerah (pinggiran) Jakarta. Seakan tiada habisnya soal keruwetan lalu lintas di sana. Ada hukum rimba sendiri di sana.

Bahkan sempat terpikir, kalau daerah seperti Ciputat saja keruwetan tersebut tidak bisa diatasi, bagaimana keruwetan-keruwetan masalah di Indonesia ini bisa teratasi juga?

Tidak heran kalo ada ungkapan menarik ketika kita sedang semarak menyambut Pilpres 2004 kemaren. Siapa saja yang memimpin daerah Ciputat berhasil mengatasi keruwetan itu, maka dia sudah pantas menjadi Pemimpin (presiden) di Indonesia! Hehehe...

Ironis!

0 comments: