Jumat, Juli 15, 2005

Heran...

Image hosted by Photobucket.com

Sesuai dengan keputusan menteri Kominfo, Bpk. Prof. Sofjan Djalil, mulai tanggal 15 Juli 2005 dinihari, semua siaran televisi di Indonesia dihentikan penayangannya dari pukul 01.00-05.00 wib. Hal itu berkaitan dengan anjuran bapak presiden dalam hal ini mewakili pemerintah untuk menyukseskan “Gerakan Hemat Energi”.

Hemat energi? Ya, karena pemerintah mulai kewalahan plus kelabakan dalam menyediakan tenaga energi bagi masyarakatnya. Dalam hal ini untuk penyediaan bahan bakar minyak dan stok listrik dari PLN.

Tapi, sekali lagi, logika yang berjalan dalam kasus ini kembali dipertanyakan. Untuk hemat listrik, caranya dengan membatasi jam siaran televisi. Yang bener aja, om!

Ok, berusaha tetap dengan logika, seperti kata mas Katon Bagaskara. Kalo jam siaran dibatasi, diharapkan para pecinta siaran televisi akan menghentikan rutinitasnya itu, kemudian diikuti dengan mematikan lampu ruangan, dan memilih bobok saja. Selesai? Belum.

Itu bisa berlaku bila dilakukan oleh orang yang benar-benar hanya melihat siaran televisi dari jam 01.00 sampai 05.00 sebagai hal yang biasa dan rutinitas yang biasa juga. Tapi bagaimana dengan orang-orang yang melihat siaran televisi pada rentang waktu itu sebagai hal yang tidak biasa-biasa saja? Tentu akan memiliki implikasi yang signifikan, dong!

Yap! Bagaimana dengan bapak-bapak penjaga keamanan sekaligus portal di perumahan-perumahan yang menjadikan siaran televisi sebagai teman pengusir rasa kantuk (asal jangan pengusir kewaspadaan lho, pak…)? Mas-mas yang nongkrong di gardu untuk tugas siskamling? Penggemar wayang kulit yang memang biasa ditayangkan pada dinihari? Orang-orang yang ternyata harus terbangun saat dinihari dan membutuhkan sedikit hiburan dengan menonton tv? Apakah orang-orang seperti mereka juga dipikirkan oleh pengambil kebijakan itu? Akh, jumlah mereka yang seperti itu khan sedikit. Itu kilah bapak-bapak pejabat yang ingin menerapkan peraturan itu.

Bahkan ada seorang pejabat negara yang biasanya bijak dalam berkata, ternyata harus berkomentar sedang saja bahwa: begadang itu bukan hal yang baik. Heran. Tapi kalo begadang versi lagunya om Rhoma memang tidak baik. :D

Oke lah. Kita memang masih sedikit harus bijak juga, bahwa kita yang selama ini menonton televisi dengan gratis, mungkin juga harus menerima juga keputusan ini. Tapi apa salahnya sih kita diberikan kesempatan dulu untuk menerima tawaran pembatasan itu?

Dan pahitnya lagi, kita-kita yang kebetulan berlangganan tv kabel (kabelvision) pun harus terkena imbasnya juga. Sudah membayar untuk sebuah pelayanan siaran televisi 24 jam, ternyata terkena juga peraturan ini. Padahal ini jelas-jelas layanan yang disediakan oleh pihak swasta. Dan kita sudah menunaikan kewajiban kita. Tidak ada kompensasi apa pun! Heran. Kesal. Komplit!*/

Secara kebetulan, kamis malam, malam sebelum malam jahanam…hehehe….aku melintas di kawasan istana negara. Agak aneh memang. Lingkungan istana terlihat lebih gelap dan remang-remang. Jadi ketika melihat mas-mas tentara yang menjaga istana, rasanya begidik aja. Situasi mencekam yang terlihat. Oh…ternyata lumayan konsisten juga mas presiden, ada penghematan, jadi listrik-listrik taman yang nggak perlu banged, dimatiin…oke lah…lumayan.

Tapi, apa yang terjadi di seberangnya? Tepatnya di taman Monas. Beberapa lampu spot yang sekian watt itu masih asoy saja menari-nari. Tidak ada acara apa pun di taman itu. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 wib. Kalau sudah tidak kompak sendiri seperti ini, kita sebagai wong cilik khan jadi semakin nggak asoy lagi khan sama segala kebijakan pemerintah yang sekarang ini. Sudah menjadi kesadaran pribadi bahwa kalau mau hemat energi itu ya harus atas kesadaran dari dalam hati masing-masing individu. Tidak bisa dikekang sana-sini. Sudah diatur-atur, tidak mendapat contoh yang baik lagi. Heran.

Hmmmm….padahal mas-mbak, ya…kalau dilihat-lihat jajaran para menteri itu orang yang terbiasa berpikiran logis kan, ya? Bahkan ada yang sudah menyandang titel profesor juga kan, yah? Jadi, kita itu dianggap kaya anak kecil gitu lho...ketika si anak nggak boleh maem permen, ya udah, permennya disembunyiin...tanpa ada penjelasan yang logis sama sekali…..Kasian deh pak menterinya…hehehe…

*/ Akan ada tulisan tersendiri soal ini.

0 comments: