Yahhh...setelah sebelumnya aku menulis yang agak-agak berat, sekarang aku mau menuangkan kembali apa yang Mas Samuel Mulia sudah kemukakan di surat kabar ibu kota. Topiknya seh ringan-ringan saja, tapi bisa menjadi berat juga bila kita salah menempatkannya. Yap, ini soal mengucapkan sesuatu saja. Oke, selamat membaca!
”Aduh... capek banget habis dari karefor nih,” kata suara wanita cantik yang masuk ke gendang telinga saya, di suatu siang di sebuah kedai kopi hotel berbintang.
Cantik untuk wanita Jakarta yang dimaksud adalah kulit putih—harus putih—muka berminyak sedikit, rambut panjang lurus dan sedikit diwarnai di beberapa bagian, lengan yang padat berisi tetapi tetap kelihatan langsing dan mulus, perut yang baru mau menipis atas usaha suntik-menyuntik alias tusuk jarum, rias wajah yang lembut dan berpakaian dalam sapuan warna pastel yang anggun, dengan jas pendek plus bros kembang kain, yang menjadi aksesori nyaris semua perempuan Jakarta. Seluruh penampilannya itu masih ditimpali lagi dengan tas Birkin Hermes, yang menjadi tas wajib wanita metropolitan Jakarta.
Awalnya saya tak mengerti apa yang dimaksudkannya dengan kata karefor tadi. Kemudian selang beberapa lama setelah percakapan pembuka yang singkat itu berlangsung, saya tahu bahwa yang dimaksudnya adalah hipermarket bernama Carrefour yang buatan Perancis itu. Carrefour yang dimaksudnya seharusnya dilafalkan seperti kar -fur, karena label itu adalah label dalam bahasa Perancis, dan bukan sebuah kata dari bahasa Inggris.
Dua hari setelah itu, teman pria saya dengan bangga menunjukkan jam tangan terbarunya, di sebuah pesta perkawinan seorang sahabat. Percakapan di antara beberapa pria soal mengoleksi jam tangan supermahal. ”Aku sih seneng banget sama jam Kartir-ku ini,” katanya. ”Kartir?” pikir saya.
Sama seperti kejadian dengan wanita cantik tadi, di awal percakapan sebelum ia menunjukkan jam yang dikenakannya saya tak mengerti apa yang dimaksudnya dengan kata Kartir. Pada akhirnya saya tahu yang dimaksudnya adalah jam tangannya yang bermerek Cartier. Cartier adalah merek yang berasal dari bahasa Perancis, dan seharusnya dibaca seperti kar-ti-e (seperti melafal huruf e). Sejak kejadian itu, saya menjulukinya dengan sebutan Mas Kartir.
Tak hanya Cartier atau Carrefour, label mode Perancis seperti Christian Dior juga sering kali didengungkan sebagai Christine Dior. Saya kok pikir yang paling cocok pakai nama Christine ya cuma aktris kawakan kita Christine Hakim bukan? Bahkan suatu siang teman saya malah dengan bangga nyerocos lewat telepon genggamnya bahwa dia senang sekali dengan koleksi ”Dyer” yang terbaru yang dilihatnya di Singapura. Maksud teman saya itu adalah Dior.
Kejadian-kejadian melafalkan dengan cara kurang tepat juga dialami seorang teman ibu saya yang sudah cukup berumur yang mengajak saya untuk menemaninya berbelanja di butik yang menurutnya bernama Versase. Saya pikir itu butik penjual vas-vas bunga terbuat dari kristal. Ternyata, maksudnya Versace butik pakaian buatan Italia itu.
Dan yang tentu belakangan sangat digandrungi semua perempuan adalah memiliki tas Birkin atau Kelly buatan Hermes.
Hermes merupakan nama keluarga Perancis pemilik butik kondang itu, dan label itu sering kali dilafalkan keliru. Hermes seharusnya dibaca tanpa mendengarkan vokal dari huruf H. Jadi, er (seperti melafal huruf r) dan mes (seperti melafal nama penyanyi Memes istrinya Pak Adhie MS).
Lafal dan pengetahuan
Apa pentingnya melafalkan dengan benar? Mampu melafalkan dengan benar menunjukkan pengetahuan Anda yang luas, bahkan lebih dari hanya sekadar membeli, memiliki barang mewah dan mahal, atau sekadar terlihat up to date, terlihat tak kalah mentereng. Melafal dengan baik dan benar mencerminkan seberapa tingginya Anda menempatkan diri untuk gaya hidup yang Anda pilih.
Kita sering kali keliru bahwa tinggi rendahnya gaya hidup ditentukan dengan banyak sedikitnya barang-barang mentereng yang kita pakai. Gaya hidup yang disebut ”sempurna” adalah gaya hidup yang mampu menghadirkan paduan gemerlapnya barang mentereng di badan Anda dengan cemerlangnya isi kepala Anda.
Jangan sampai pada suatu hari Anda sudah kelihatan cantik, gaya, menggunakan barang-barang terbaru dari rumah-rumah mode terkenal, ceplas-ceplos berbahasa campur Inggris Indonesia seperti kebanyakan kaum jet set Jakarta, dan kemudian Anda membuat kekagetan seperti satu teman wanita saya, yang hanya cuma bisa gaya dengan ikut-ikutan memesan escargot dengan pengetahuannya yang minim, seminim rok yang dipakainya malam itu.
”Saya juga mau pesen escargot-nya Mas,” katanya memberi instruksi kepada si pramusaji. ”Mas... esnya jangan banyak-banyak....”
Supaya Tidak Salah Melafalkan
Chanel: merek kondang dari negeri anggur ini dibaca seperti sya dan nel. Bukan sye dan nel seperti para manusia Amerika menyebutnya, atau manusia yang senangya keamerika-amerikaan. Chanel adalah nama Perancis dan bukan sebuah kata Inggris. Karena itu ya jangan diinggris-inggriskan. Anda tak mau bukan nama Anda yang sangat Indonesia diinggriskan?
Cartier: merek jam buatan Perancis. Dilafalkan kar-ti-e bukan dibaca kartir.
Haute Couture: dibaca seperti membaca ot-ku-tur bukan hot ku-cur.
Dior: Sebut saja seperti menyebut di dan or.
Givenchy: adalah juga label Perancis. Dilafalkan seperti ghi-fang-syi.
Lanvin: Nama ini juga berasal dari nama keluarga Perancis. Dilafalkan sebagai lang-fang dan bukan lan-fin.
Versace: Label Italia yang dimiliki keluarga Versace. Dilafalkan sebagai ver-sa-ce (dibaca seperti membaca che-guevara). Ingat ini nama Italia. Orang Amerika sering kali menyebutnya sebagai Ver-sa-ci. Anda tak perlu ikut-ikutan menyebutnya demikian. Anda bukan orang Amerika, bukan?
Hermes: Huruf H tidak perlu diperdengarkan. Sehingga label ini dibaca seperti er (seperti menyebut huruf r) dan mes (seperti penyanyi Memes). Umumnya dalam bahasa Perancis huruf s di akhir kata tidak dibaca, tetapi untuk menyebutkan label ini maka suara huruf s diperdengarkan.
Yves Saint Laurent: dibaca seperti if-sang-lorang. Label ini sering disingkat sebagai YSL. Meski demikian, di Negeri Anggur, orang jarang menyebut tiga huruf ini kalau menyebut nama desainer legendaris itu.
Ungaro: Meskipun dalam menulis huruf g hanya satu, tetapi label ini dilafalkan seperti seolah menggunakan dua huruf g. Ung-ga-ro.
Bagaimana dengan kamu? Punya pengalaman menarik tentang hal tersebut?
Rabu, Juli 20, 2005
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar