Senin, Juli 04, 2005

Hampa

Masih ku merasa angkuh, terbang kenanganku jauh, langit kan menangkapku, walau kan terjatuh…

Perasaanku masih seperti yang dulu. Kau tetap menjadi seseorang yang selalu bisa dan menerima apa saja yang kuungkapkan sebagai sebuah ungkapan dan luapan. Kau tetap mampu hadir menjadi seseorang yang memercikkan sebuah kerinduan. Tapi tetap, hatiku masih seperti yang dulu.

Dan bila semua tercipta, hanya untukku merasakan, semua yang tercipta, hampa hidup terasa…

Mataku tetap saja terpejam. Tak mampu kubuka. Sambil ku tertunduk, air mata kepedihan mengalir pelan membelai pipiku. Pilu. Sesak. Bayangan kelam itu masih saja menerabas cepat menembus dinding hati yang sedang rapuh.

Lelah tatapku mencari, arti untukku membagi, menemani langkahku, namun tak berarti…

Mencoba berdiri. Kubersandar pada dinding yang dulu jadi saksi. Yang kuyakin melihatku mengingkari suara hati yang tak terperi. Seakan tertawakan diri. Kuterduduk lagi, tertunduk lagi.

Dan bila semua tercipta, tanpa harus ku merasakan, cinta yang tersisa, hampa hidup terasa…

Kubiarkan saja kepergianmu. Itu memang terbaik untukmu. Kulambaikan satu tanganku, dan satu genggam tuk anganku.

Bagai bintang di surga, dan seluruh warna, dan kasih yang setia, dan cahaya nyata…



Thanks to Ariel for “Bintang di Surga”-nya

0 comments: